The World of Ghibli Jakarta Exhibition

Hati saya berdegub kencang saat mengetahui saat Studio Ghibli akan membuka pameran di Jakarta. Apalagi bagi saya yang belum punya cukup biaya untuk mengunjungi Museum Ghibli di negeri asalnya, pameran ini menjadi angin segar sekali. The World of Ghibli Jakarta Exhibition merupakan pameran yang terbesar yang pernah digelar dan pertama di Asia Tenggara, bahkan menurut berita jika pameran ini lebih besar ketimbang yang pernah diadakan di Tokyo Jepang.

The World of Ghibli Jakarta Exhibition digelar di Ballroom the Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place sejak tanggal 10 Agustus hingga 17 September yang lalu. Untuk memeriahkan pameran ini, sejak bulan April telah diadakan pemutaran film karya Studio Ghibli di sejumlah bioskop. Dimulai dengan Spirited Away dan ditutup dengan Howl Moving Castle. Buat saya, pemutaran ini menjadi cara untuk memahami film-film Ghibli yang selama ini ditonton dengan judul tambahan bahasa Inggris (yang kadang susah untuk dimengerti). Sebab di pemutaran ini semuanya menggunakan judul tambahan bahasa Indonesia, sehingga ketika menontonnya kembali saya jadi lebih mengerti maksudnya.

Untuk pamerannya, harga tiketnya terbilang cukup mahal. Namun bagi saya dan mungkin bagi sebagian besar penggemar Ghibli, harga tidak masalah. Satu hal yang cukup sulit dilakukan adalah mencari waktu di hari kerja agar bisa dengan leluasa mengunjungi pameran ini. Setelah menunggu dan mengulur waktu, akhirnya saya dan teman saya mengunjungi pameran ini, tiga hari sebelum hari penutupan.

Pameran ini dibagi menjadi 3 area. Dua area pertama bisa dinikmati tanpa diperbolehkan untuk mengambil gambar. Baru di area terakhir, Studio Ghibli Journey Area, kita bisa foto di berbagai sudut. Teman saya iseng bertanya dengan penjaga pintu masuk (yang begitu ramah menjelaskan peraturan ‘dilarang memotret’ ini), kepada tidak diperbolehkan berfoto di dua area pertama? Menurut si penjaga, dua area pertama didatangkan langsung dari Jepang dan memang tidak diperbolehkan untuk difoto oleh pihak Studio Ghibli. Sedangkan area ketiga adalah area instalasi yang semuanya dibuat oleh seniman Indonesia sehingga diperbolehkan untuk difoto. Oya, dengar-dengar sih di museum aslinya kita juga tidak diperbolehkan berfoto. Hanya diperbolehkan di titik-titik tertentu saja.

Area pertama adalah area perjalanan Studio Ghibli, sejak awal diciptakan oleh tiga animator Jepang, Hayao Miyazaki, Toshio Suzuki dan Isao Takahata. Di sini ada foto ketiga pendiri Ghibli dan cerita tentang awal berdirinya studio yang sudah berusia 32 tahun ini. Memasuki ruang berikutnya, kita diajak menikmati poster asli dari film-film Ghibli. Selanjutnya pengunjung masuk ke semacam lorong, di mana di kanan-kiri dinding lorong dipamerkan foto dan gambar asli atau sketsa dari masing-masing film. Selain itu juga dipamerkan karya-karya film Studio Ghibli dari film pertama hingga film terakhir.

Area kedua lebih mirip dengan area layar tancap. Di ruangan ini kita bisa menonton potongan film dan trailer film-film Ghibli. Saya hanya menonton sekitar 5 trailer saja di ruangan ini, karena sudah tidak sabar memasuki area terakhir.

Area ketiga dibuka dengan sebuah ruangan yang menampilkan instalasi istana terbang yang ada di film Castle in the Sky. Di dinding ruangan ini terdapat seluruh karakter yang ada di film-film karya Studio Ghibli. Nah, ketika memasuki area yang paling besar dan ramai dalam pameran ini, kita langsung dibuat takjub dengan instalasi perahu terbang dari film yang sama. Di sini kita akan menemukan instalasi-instalasi dari film-film Ghibli, yang semua dibuat oleh seniman Indonesia. Sangat membanggakan, karena hampir semua mirip dengan aslinya. Masing-masing seniman akan saya ceritakan tersendiri di postingan ini.

Saya mulai dengan memasuki area sebelah kiri. Di sini ada instalasi dari fim Spirited Away dan Castle in the Sky. Untuk instalasi film Spirited Away, kita diajak untuk memasuki area kota di mana kedua orang tua Chihiro berubah menjadi babi. Lalu ada miniatur istana pemandian milik Yubaba (sekaligus ada suara-suara mekanis dari dalam bangunan), jembatan dan juga tugu lampu tempat No Face berdiri (sayangnya saat saya ke sana, No Face-nya sedang tidak ada). Di balik instalasi ini, ada replika dari lorong terowongan yang dimasuki oleh Chihiro dan kedua orang tuanya.

Di seberangnya, berdiri patung robot dari Castle in the Sky. Ini mengingatkan saya dengan robot serupa yang ada di Museum Ghibli (tentunya ukurannya lebih kecil). Sebelahnya ada replika kendaraan terbang seperti yang digunakan oleh Pazu dan Sheeta. Di sini kita diperbolehkan naik ke atas replika ini, tapi tidak boleh naik ke kendaraannya.

Lanjut di sebelah instalasi ini ad instalasi dari When Marnie Was Here dan Arrietty. Untuk instalasi When Marnie Was Here, tersedia perahu yang lengkap dengan dayung-dayungnya. Mirip ketika Anna menyeberang danau menuju rumah Marnie. Di seberangnya, ada instalasi pintu got dari film Arrietty. Di sini kita bisa berfoto seperti manusia kecil layaknya Arrietty dan keluarganya. Ada replika jarum pentul yang digunakan Arrietty sebagai senjata. Sebelahnya ada dedaunan raksasa yang menggambarkan sedemikian kecilnya si Arrietty.

Nah, bergeser ke instalasi selanjutnya. Bisa dibilang dua instalasi ini yang paling ramai dikunjungi, hingga kita harus mengantri. Pertama adalah instalasi dari film Kiki’s Delivery Service berupa replika toko roti Gutiokipanja. Antrian yang cukup lama terbayarkan ketika bisa berfoto di dalam toko kue ini. Di terasnya kita bisa berfoto ala Kiki yang sedang mengendarai sapu terbang. Di dalamnya kita bisa puas berfoto dengan latar beraneka kue dan roti. Di sebelahnya tak kalah ramai antriannya. Instalasi rumah Satsuki dan Mei dari film My Neighbor Totoro. Kita juga dibuat puas berfoto-foto dalam rumah ini. Semuanya mirip seperti dalam film Totoro.

Tak kalah seru adalah instalasi dengan boneka Totoro dengan ukuran asli. Sepertinya ini adalah area wajib bagi semua pengunjung untuk berfoto. Berdiri di sebelah Totoro sambil memegang payung warna merah seperti yang dipakai oleh Satsuki. Di sebelahnya ada Neko Bus alias bus kucing dari film yang sama. Seru sekali karena kita bisa masuk ke dalam dan puas berfoto.

Di area seberang My Neighbor Totoro ada instalasi dari Princess Mononoke, Howl’s Moving Castle dan Nausicaa of the Valley of the Wind. Instalasi Princess Mononoke berupa replika hutan tempat San tinggal. Walau sedikit bingung dengan instalasi ini, kita masih bisa berfoto dengan latar dewa hutan dan juga roh hutan (mahkluk kecil berwarna putih). Sayangnya tidak ada petugas yang menjelaskan instalasi ini, sehingga ketika masuk instalasi ini hanya sekadar lewat saja.

Di sudut dekat pintu keluar ada replika istana milik Howl. Replika ini cukup “wow” dan mirip dengan aslinya. Seandainya bisa bergerak akan lebih bagus. Hehe. Sebelahnya ada instalasi berupa serangga raksasa dari film Nausicaa, Ohm. Instalasi ini membuat saya cukup takjub karena Ohm-nya bisa bergerak (walau hanya kakinya saja) dan matanya bisa berubah dari merah ke biru mirip seperti karakter emosi Ohm.

Selanjutnya di area berikutnya, ada instalasi dari film Porco Rosso dan Ponyo. Kalau instalasi Ponyo bisa dikatakan yang paling sederhana dari semua instalasi yang ada di pameran ini. Menggambarkan suasana saat air laut bergejolak dan Ponyo yang sedang berlari-lari di atas laut. Seberangnya ada replika pesawat milik Porco yang sedang bersandar di persembunyiannya. Di sini lengkap dengan pasir putih, kursi pantai dan radio lawas. Cuma sayang, tidak bisa foto di atas hamparan pasir putihnya. Tapi cukup puas dengan berfoto di depan pesawat milik Porco.

Ketika sudah puas berkeliling, saya kemudian keluar melalui area belakang yang juga menjadi “Wall of Fame” di mana kita bisa menuliskan ungkapan atau pesan kita setelah memasuki area pameran. Saat itu sudah tidak ada stiker yang disediakan, jadi cukup menikmati dengan membaca stiker-stiker yang sudah ditempelkan di dinding.

Terakhir, di area keluar kita langsung disambut dengan area penjualan souvenir. Mata memang langsung tertarik ke semua barang yang dijual di sini. Semuanya dibawa langsung dari Jepang. Hanya saja saya akhirnya memutuskan untuk tidak membeli satu barang pun. Satu alasannya, mahal sekali. Jadi membayangkan, jika beli langsung di Jepang pasti jauh lebih mahal. Tapi tidak apa-apa, masuk ke dalam pameran ini juga sudah sangat puas.

Secara keseluruhan, saya puas dengan pameran ini. Walau foto-foto saya terkendala kualitas kamera ponsel tapi bisa berfoto di seluruh instalasi. Oya, yang saya cukup senang adalah petugas-petugasnya yang dengan senang hati membantu kita berfoto. Jadi tidak masalah kalau datang sendiri. Hehe. Mereka cukup bagus cara memotretnya, mungkin sudah menjadi persyaratan bagi mereka yang menjadi petugas alias relawan pameran ini.

Ah, semoga kelak saya bisa mengunjungi secara langsung Museum Ghibli yang ada di Jepang. Ya paling tidak, the World of Ghibli Jakarta Exhibition ini jadi pijakan pertama yang membuat saya bersemangat menabung agar bisa jalan-jalan ke sana. 🙂

One thought

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s