BALI: Trip to Ubud (with my Mom)

cover ubud

Sejak tahun lalu, ibu saya meminta untuk mengajaknya jalan-jalan ke Bali. Tempat yang belum pernah sama sekali dia singgahi. Saya pun mulai berburu tiket pesawat dan lokasi yang akan saya dan ibu saya kunjungi di Bali. Pilihan saya lalu tertuju ke salah satu daerah di pusat pulau Bali, yaitu Ubud. Lokasi ini saya pilih karena tempatnya lebih sepi dan cocok untuk wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat dengan budaya masyarakat Bali. Supaya perjalanan ini berkesan, saya pilih waktu yang bertepatan dengan ulang tahun ibu saya (sekaligus jadi hadiah ulang tahun beliau) di bulan Maret.

Bagi sebagian teman-teman saya, perjalanan bersama dengan ibu saya ini “sangat sweet”. Tapi di luar manisnya foto-foto yang saya unggah di akun media sosial saya, ada banyak “drama” kecil. Bahkan kalau menurut saya, perjalanan dengan orang tua (yang usianya sudah di atas 60 tahun) hampir mirip dengan jalan-jalan bersama anak kecil. Kadang saya menganggap ibu saya masih kuat jalan-jalan, tapi kenyataannya beliau sudah punya batasan fisik yang membuat perjalanan bersama beliau agak sedikit bersabar. Hehe.

Saya jadi tergelitik untuk membuat tulisan ini, untuk menjadi pengingat bagi saya sendiri ketika nantinya mengajak ibu saya jalan-jalan lagi. Oya, siapa tahu juga pengalaman jalan-jalan dengan ibu saya di Ubud kemarin ini bisa bermanfaat untuk teman-teman yang hendak mengajak orang tuanya jalan-jalan ke luar kota (khusus untuk yang usianya di atas 60 tahun).

  • Pilih waktu yang tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama.

Untuk lama waktunya, saya sarankan agar tidak terlalu singkat dan jangan terlalu lama. Kalau menurut saya, jumlah hari yang tepat untuk jalan-jalan dengan orang tua yang usianya di atas 60 tahun adalah sekitar 5 hari (kecuali memang long stay). Jika terlalu singkat akan membuat waktu jalan-jalan menjadi lebih pendek dan tidak akan puas untuk mengelilingi beberapa lokasi wisata. Apalagi jika ingin mengunjungi beberapa lokasi dalam satu hari. Kalau terlalu lama, sudah pasti akan membuat orang tua kita kelelahan. Lima hari adalah waktu yang pas, berangkat pagi (first flight) dan pulang pada penerbangan yang berada di siang hari atau jadwal tengah-tengah (ini khusus untuk penerbangan domestik ya). Kemarin saya tinggal di Ubud selama 6 hari (terpotong satu hari karena ada perayaan Hari Raya Nyepi). Tapi untuk saya dan ibu saya, waktu yang terlalu lama akan “sedikit” memunculkan rasa bosan. Apalagi mempertimbangkan kondisi ibu saya yang tidak terlalu kuat untuk hop-in dan hop-off di beberapa tempat dalam satu hari.

  • Pilih itinerary yang mudah dijangkau

Mungkin kita ingin orang tua kita berjalan-jalan keliling kota sepuas mungkin. Tapi harus diingat, apakah lokasinya mudah dijangkau? atau jalan yang dilalui cukup ramah untuk orang tua? Kemarin saya sempat mengajak ibu saya ke Campuhan Ridge Walk dan Tegalalang Rice Terrace. Dua lokasi ini cukup menarik secara pemandangannya, tapi untuk menikmati lokasi ini dibutuhkan usaha dan stamina yang cukup (kalau masih muda ya, jalurnya sih santai-santai saja). Beruntung ibu saya cukup kuat dan bisa berjalan-jalan ke lokasi ini. Meski saya harus sedikit bersabar untuk menunggu dan membantu beliau melalui beberapa tangga dan undak-undakan. Ada baiknya sebelum kita berangkat, kita mengajak orang tua kita untuk berjalan-jalan keliling lokasi tempat tinggal. Paling tidak, mereka bisa terbiasa dengan kondisi lokasi yang akan dituju seperti dua lokasi di atas (apalagi ibu saya sudah sangat terbiasa pergi ke pasar dekat rumah dengan berjalan kaki, jadi lumayan kuat).

  • Carilah akomodasi yang nyaman dan punya akses ke pemandangan alam

Jika kita terbiasa menginap ke hotel yang sekamar bisa ramai-ramai dan yang penting tidur, maka untuk yang satu ini akan sangat berbeda. Pilih penginapan yang benar-benar nyaman dan bersih. Tidak harus yang mahal, bahkan kita bisa menemukan hotel yang terjangkau dengan pelayanan yang sangat baik. Intinya, jangan hitung-hitungan. Mereka perlu istirahat di tempat nyaman. Selain itu, kalau menurut saya cari juga hotel yang punya akses ke pemandangan luar (akan sangat lebih bagus jika langsung pemandangan alam). Orang tua kita selain butuh istirahat yang nyaman, mereka juga ingin dimanjakan dengan pemandangan yang ada di luar kamarnya. Kadang mereka hanya ingin duduk-duduk di balkon sambil melihat pemandangan. Ibu saya termasuk orang yang suka menikmati pemandangan alam. Beberapa kali beliau duduk di balkon (dan bahkan memanggil saya yang sedang enak-enak berbaring di kasur) untuk melihat burung blekok sawah yang mencari makan di area persawahan di samping hotel. Atau ketika malam di Hari Raya Nyepi, karena tidak ada cahaya lampu sama sekali, kami bisa melihat kunang-kunang yang beterbangan di sawah. Buat ibu saya, hal ini sudah sangat menyenangkan.

  • Jangan menganggap mereka sama dengan kita

Satu hal yang selalu saya lupakan, bahwa ibu saya sudah di atas 65 tahun. Fisiknya mungkin tak mirip bule-bule tua yang saya temui di Ubud (yang masih kuat jalan ke mana-mana) atau tak mirip dengan napas kita yang masih kuat menapaki jalanan mendaki. Cobalah untuk memposisikan diri kita kepada posisi mereka. Mereka harus dituntun saat naik maupun turun tangga. Jangan jalan terlalu cepat (lebih baik diselingi dengan ngobrol bersama mereka) dan ini terjadi beberapa kali, yang akhirnya memaksa saya sedikit berjalan pelan. Jadi jangan terlalu cuek, karena mereka juga butuh ekstra perhatian. Jangan pesankan makanan yang menurut kita enak, tapi justru di lidah mereka tidak enak (ini lumayan tricky, kemarin saya memesan menu yang rada sehat tapi buat ibu saya itu tidak enak. Paling enak ya, cari makanan khas setempat yang punya rasa standar dengan lidah kita). Berikan waktu yang cukup untuk mereka menikmati suatu tempat. Soalnya kadang-kadang kita sendiri ingin mengejar ke lokasi yang lain, jadi lebih baik berikan waktu hingga mereka puas. Oya, minta mereka pakai sepatu yang nyaman dan ringan. Biar jalan-jalannya enak dan gak bikin pegel kaki. Lalu untuk pakaiannya, minta saja mereka menggunakan baju yang menurut mereka gak bikin sumuk atau gerah. Untung kemarin ibu saya membawa baju-baju yang cukup ringan, jadi gak bikin cepat keringetan.

  • Sewa kendaraan!

Ini khusus untuk lokasi seperti Bali. Pilihannya sih bisa naik motor (kalau orang tua kita jalan sendirian dengan kita) atau naik mobil (karena beramai-ramai). Mengenai anggarannya sih, lebih murah ketimbang pakai taksi. Kalau jaraknya cukup jauh, ya sudah pasti menyewa mobil. Coba cari yang memang paketan beberapa hari, karena akan jauh lebih murah ketimbang yang harian. Kemarin sih, saya sempat menyewa satu mobil untuk satu hari. Kalau dihitung-hitung jatuhnya mirip airport transfer. Cuma ya, ibu saya lebih nyaman jalan-jalannya. Tapi kalau beliau masih kuat (beruntung ibu saya termasuk golongan yang staminanya kuat), akhirnya saya menyewa motor untuk sekadar jalan-jalan di sekitaran Ubud. Lumayan worth it. Nah, jadi gak cuma ngajakin jalan kaki. Tapi ingat juga kalau jaraknya udah terlalu jauh (walau jika masih menganggapnya dekat), lebih baik sewa kendaraan. Kalau gak, bisa dicemberutin. Hehe.

Nah, lalu bagaimana dengan akomodasi selama tinggal di Ubud, Bali? Saya coba jabarkan ya (ini untuk perjalanan dua orang):

  • Pesawat Citilink (HLP – DPS & DPS – HLP, dapat makan, upgrade bagasi dan seat): Rp2.104.800
  • UBER Car (Kebon Jeruk – Halim Perdanakusuma): Rp75.000
  • UBER Car (Ngurah Rai – Ubud*): Rp250.000
  • Hotel AniniRaka Resort di Campuhan (5 hari): Rp2.660.000
  • Tip: Rp20.000
  • Gelato Secrets Ubud (beli 2 pax gelato yang 3 scoops): Rp90.000
  • Dharma Coffee Ubus (makan siang 2 pax): Rp200.000
  • Littletalks Ubud (makan malam 2 pax): Rp180.000
  • Bintang Supermarket (beli 2 botol air mineral, roti tawar gandum, ham babi): Rp80.000
  • Campuhan Ridge Walk: Rp0
  • Museum Puri Lukisan Ubud (tiket untuk 2 pax, dapat gratis minum dan snack): Rp170.000
  • Ubud Palace: Rp0
  • Anomali Coffee (beli minum untuk 2 pax): Rp70.000
  • UBER Car (Ubud Raya – Plataran Ubud): Rp28.000
  • Plataran Ubud (makan siang di Teras Cafe untuk 2 pax): Rp0 – treat by the Executive Chef
  • Ogoh-ogoh Parade at Ubur Center: Rp0
  • Circle K (beli pop mie, susu UHT, air mineral): Rp50.000
  • Bintang Supermarket (beli roti gandum dan snack): Rp30.000
  • Auto Bagus Rent Car (12 jam): Rp275.000
  • Bensin & Tip: Rp300.000
  • Tegallalang Rice Terrace (tiket masuk untuk 2 pax): Rp20.000
  • Donasi di Tegallalang Rice Terrace: Rp25.000
  • Indomaret (beli 4 botol air mineral): Rp50.000
  • Goa Gajah (beli tiket untuk 2 pax): Rp30.000
  • Tip: Rp20.000
  • Bali Safari & Marine Park** (beli tiket untuk 2 pax): Rp490.000
  • Uma Restaurant (makan siang untuk 2 pax): Rp250.000
  • Ubud Monkey Forrest (tiket masuk untuk 2 pax): Rp100.000
  • Warung Gurihan Campuhan (makan malam untuk 2 pax): Rp175.000
  • Scooter Rental (24 jam): Rp80.000
  • Pasar Seni Sukawati (beli oleh-oleh): Rp660.000
  • Bensin: Rp40.000
  • Babi Guling Payangan Buk Ari (makan siang + makan malam 4 pax): Rp120.000
  • Kebindah Spa (1 hour full body massage): Rp150.000
  • Tip: Rp30.000
  • Airport Transfer (Ubud – Ngurah Rai): Rp300.000
  • UBER Car (Halim Perdanakusuma – Kebon Jeruk): Rp90.000

Total untuk perjalanan selama 6 hari di Bali sebanyak Rp9.212.800 atau per orang Rp4.606.400. Kurang ini cocok juga buat yang ingin bulan madu atau cuma pengen berduaan ke Bali. Siapkan anggaran sekitar Rp10 jutaan (bahkan bisa lebih murah kalau kalian memang tidak terlalu fancy)

Kalau itinerary saya sebenarnya cukup banyak, namun karena menyesuaikan dengan kondisi cuaca dan juga ibu saya jadinya hanya ke beberapa tempat saja. Nah, kalau mau bikin daftar lengkapnya, kira-kira itinerary saya akan seperti ini:

  • Tegallang Rice Terrace
  • Gunung Kawi Tampaksiring
  • Pura Tirta Empul
  • Istana Kepresidenan Tampaksiring
  • Bali Pulina Agro Tourism
  • Pod Chocolate Factory
  • Nasi Ayam Kedewatan
  • Naughty Nuri’s
  • Warung Pulau Kelapa
  • Babi Guling Payangan Buk Ari
  • Bintang Supermarket
  • Warung Gurihan
  • Ubud Raw Chocolate Factory
  • Kebindah Spa
  • All cafe at Penestanan area
  • Littletalks Ubud
  • Blanco Museum
  • Pura Gunung Lebah
  • Murni’s Warung
  • Campuhan Ridge Walk
  • Cafe Pomegranate
  • Sari Organik
  • Pura Dalem Ubud (Dance Performance)
  • Museum Puri Lukisan
  • Pura Taman Saraswati
  • Puri Saren Agung (Ubud Palace)
  • Babi Guling Gung Cung
  • Pasar Ubud
  • Gelato Secret
  • Sambal Matah
  • KOU Cuisine
  • Monkey Forest Ubud
  • Pura Kehen
  • Goa Gajah
  • Warung Babi Guling Bu Oka
  • Air Terjun Kantolampo
  • Pasar Gianyar
  • Bali Safari & Marine Park
  • Air Terjun Tegenungan
  • Hidden Canyon Beji Guwang
  • Bali Zoo
  • Bali Bird Park
  • Pasar Seni Sukawati

* Untuk yang ingin bepergian dengan menggunakan taksi online, mungkin catatan ini bisa menjadi referensi. Di Bali, tidak semua wilayah menerima keberadaan taksi daring. Ini termasuk di bandara Ngurah Rai. Tapi jika mau menggunakan taksi daring. Sebaiknya memesannya saat masih berada di dalam bandara / ketika menunggu bagasi. Biasanya nanti akan diminta untuk berjalan menuju ke terminal keberangkatan (di sini biasanya para driver taksi daring berkumpul – katanya sih sudah dibagi antara taksi reguler dan taksi daring). Untuk kawasan perkotaan seperti Denpasar dan juga area pantai, keberadaan taksi daring masih baik-baik saja. Artinya bisa memesan dari lokasi tersebut. Tapi jika sudah masuk ke Ubud atau Sanur, agak-agak susah dan harus sembunyi-sembunyi. Saya pernah iseng coba pesan taksi daring dari Ubud Raya dan akhirnya bisa dapat dengan berjalan sedikit ke Jalan Hanoman (tapi tidak direkomendasikan saat ramai, karena waktu itu H-1 sebelum Nyepi jadinya tidak banyak yang berjaga di jalanan). Kalau yang saya dengar dari driver-driver taksi daring ini, ojek daring lebih bisa diterima di wilayah Ubud (kalau jalan-jalannya sendirian ya pasti cocok). Namun saya menyarankan jika selama di Bali, lebih baik sewa motor. Kalau dihitung-hitung masih terjangkau dan murah. Pastikan juga punya SIM C (walau kemarin SIM C saya mati, jadi rada-rada gambling dikit). [UPDATE] Anyway, UBER per April 2018 akan bergabung dengan GRAB. Jadi pastikan sudah mengunduh aplikasi ini.

** Paket Safari Legend, ini paket yang menurut saya lumayan banget. Tapi tanpa makan siang ya. Bisa jadi akan lebih murah kalau include makan siang di Uma Restaurant. Paket ini sudah termasuk Safari Journey, Fresh Water Aquarium, Animal Show, Harimau Show, Elephant Show, Bali Agung Show (recommended banget), Water Park, Fun Zone Ride, dan itu sudah termasuk pajak. Ini harga beli via online ya. Jadi lebih murah dan antriannya khusus. Tiket bisa dipesan di sini.

Ok. Jadi kira-kira begitulah cerita perjalanan saya bersama ibu saya ke Ubud, Bali. Saya sendiri belum terlalu puas menjelajahi daerah ini. Mungkin nanti saya akan kembali ke Bali dan berjalan-jalan keliling ke beberapa tempat di Bali (tidak cuma Ubud). Namun paling tidak, ibu saya bisa jalan-jalan ke Bali dan menambahkan satu pengalaman baru untuk beliau. Hehe. Untuk tahun depan, mungkin akan jalan-jalan ke area pantai (sesuai permintaan beliau). So, nantikan perjalanan berikutnya ya!

Periode perjalanan: 15 – 20 Maret 2018

Lokasi: Ubud, Bali

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s