Kota Malang awalnya bukan destinasi pertama yang saya tuju untuk merayakan ulang tahun ibu saya. Tapi setelah mendengar banyak cerita dari teman-teman saya, akhirnya saya menjatuhkan pilihan ke kota yang berada di provinsi Jawa Timur ini. Sebenarnya untuk liburan kali ini, saya tidak menyiapkannya jauh-jauh hari. Bahkan terbilang cukup singkat, sekitar 2 bulan saja (itu pun sudah termasuk mengajukan cuti ke kantor). Selain itu pertimbangannya adalah ibu saya pernah ke Malang untuk acara reuni SMA-nya, jadi paling tidak dia sudah “paham” dengan lokasinya. Saya sendiri membagi menjadi 3 destinasi, pertama adalah daerah Kota Batu, kemudian Bromo, dan diakhiri di Kota Malang.
Untuk Batu, Malang, saya lebih banyak memilih ke taman-taman wisata. Apalagi di sana banyak museum dan taman wisata, seperti Jatim Park (yang bahkan sampai ada 3 Jatim Park). Saya mencoba menyusun itinenary perjalanan yang lebih santai, walau ada banyak lokasi yang ingin sekali saya kunjungi. Semacam “ogah rugi” dan “mumpung” ada di Batu, Malang.
Berangkat ke Malang kali ini ada sedikit drama, bukan karena persiapannya tapi karena di kantor akan ada kegiatan di luar kota. Beruntung masih bisa di-hand over ke teman kantor saya (meski tetap saja, sebelum berangkat harus rela kerja lebih ekstra). Baiklah, kembali ke keberangkatan saya ke Malang. Saya memilih menggunakan penerbangan paling pagi, agar bisa maksimal untuk menjelajahi Batu. Saya berangkat dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma dengan menggunakan maskapai Citilink. Oya, jika kalian berencana untuk wisata ke Jatim Park, boarding pass Citilink ini sangat membantu sekali. Sebab kalian bisa mendapatkan potongan harga hingga 20%.
Penerbangan ke Malang ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam. Bandar Udara Abdul Rahman Saleh di Malang terbilang bandar udara kecil dan masih menyatu dengan lapangan udara milik Angkatan Udara. Saking kecilnya, pesawat kami harus antri untuk parkir di apron. Setelah mengambil bagasi, kami langsung dijemput oleh supir kami. Oya, saya memilih menyewa mobil di hari pertama agar tidak ribet saat penjemputan. Apalagi ojol agak susah untuk mengambil penumpang di bandara. Selain itu, rute hari pertama terbilang jauh. Menyewa mobil menjadi pilihan yang tepat. Untuk harga sewa mobil selama 12 jam, harganya Rp500.000 dan ini sudah termasuk supir, biaya parkir dan bahan bakar, belum termasuk tip supir dan biaya di luar parkir.
Supir kami bernama Mas Feri, orang asli Malang. Tujuan pertama kami adalah sarapan rujak cingur. Bagi ibu saya, “mulih ngetan” atau pulang ke timur rasanya tak lengkap jika tidak makan rujak cingur. Awalnya saya ingin makan di Rujak Cingur Budhe Roek, tapi jaraknya terlalu jauh. Mas Feri kemudian mengusulkan untuk ke Rujak Cingur Amprong. Tapi sayang sekali ketika datang, masih tutup karena sang pemilik masih sakit. Akhirnya saya mencari melalui Google dan menemukan Depot Rujak Cingur Mentawai. Kami pun langsung meluncur ke lokasinya yang berada di Jalan Mentawai No.56, Kasin, Klojen. Untuk mencarinya memang agak masuk ke dalam jalan-jalan kecil. Tapi tenang saja, ada papan namanya tepat di depan depotnya. Saat kami datang, depot baru saja buka dan baru kami berdua saja yang menjadi pelanggan pertama. Kekhasan rujak cingur di sini adalah bumbunya yang rasanya manis dan kecut, atau disebut juga dengan Kagok. Umur depot rujak cingur ini terbilang sudah tua, karena berdiri sejak 1969. Seporsi rujak cingur dipatok dengan harga Rp25.000.
Setelah kenyang, kami langsung meluncur ke daerah Batu. Sebenarnya tujuan saya adalah ke Coban Rondo dan Wisata Paralayang yang lokasinya agak lebih atas dari Batu. Namun karena cuaca yang tidak mendukung alias mendung berat, saya pun mengurungkan niat ke sana (apalagi Mas Feri mengatakan jika hujan, akan turun kabut dan tidak bisa menikmati pemandangan). Kami lalu langsung menuju ke hotel kami di Jatim Park 2. Di sini saya menginap di Pohon Inn Hotel. Rate-nya terbilang cukup mahal, tapi saya mendapatkan 2 tiket gratis untuk salah satu taman di Jatim Park. (Saya boleh memilih antara Museum Tubuh, Eco Green Park dan Fun Predator Park). Walau belum masuk kamar, saya sudah boleh menggunakan tiket gratis ini. Caranya tinggal menukarkan di loket atau kantor pemasaran masing-masing taman. Kami kemudian menitipkan koper dan juga mengambil pass untuk parkir gratis (bisa kalian minta kapan saja di resepsionis, ketika kalian hendak berpergian dan menghemat biaya parkir di Jatim Park 2).
The Bagong Adventure Museum Tubuh
Tujuan pertama di Batu, Malang adalah The Bagong Adventure Museum Tubuh. Hujan turun cukup deras ketika kami sampai di Jatim Park 1. Sayangnya saya lupa membawa payung, karena belum saya keluarkan dari koper. Jadilah sedikit hujan-hujanan. Setelah menukarkan tiket, saya dan ibu saya langsung menuju ke museum melalui mulut Bagong, sang karakter dalam Punakawan yang menjadi ikon museum. Konsep museum ini sebenarnya lebih ke edukasi tentang tubuh manusia. Di lobi utama, kita langsung disuguhkan dengan replika otak manusia. Di sini juga terdapat beberapa histologi jantung, paru-paru dan infografis tubuh manusia.
Di museum ini, kita seakan seperti sedang masuk ke dalam tubuh si Bagong. Kita diarahkan menuju ke lantai tengah atau lantai 1. Di sini kita memulai perjalanan dengan masuk ke Zona Gigi. Oya di masing-masing zona akan ada pemandunya, jadi kita bisa mendapatkan informasi tentang fungsi masing-masing organ. Malahan saya gak kebayang kalau pas ramai, mungkin akan repot sekali ya si pemandu ini. Beruntung kami datang ketika sepi, jadi setiap masuk zona langsung disambut pemandu. Di bagian ini kami dijelaskan tentang kesehatan gigi dan juga fungsi lidah. Kami bahkan baru tahu jika seluruh permukaan lidah bisa digunakan untuk merasakan aneka rasa. Kalau dulu kita diajarkan jika hanya beberapa bagian saja yang bisa merasakan rasa manis, asin, pahit dan asam. Berlanjut ke Zona Telinga. Masih dengan pemandu yang sama, di sini kami dijelaskan tentang fungsi organ di dalam telinga kita. Termasuk jangan terlalu dalam ketika kita membersihkan telinga kita. Cukup bagian pinggirnya saja. Setelah itu kami pun diarahkan ke lantai paling atas.
Ketika pintu terbuka, kami disambut oleh pemandu untuk Zona Hidung. Di sini kita dijelaskan tentang fungsi hidung (dan khususnya bulu-bulu halus yang ada di hidung kita), dan juga kenapa kita bisa mimisan. Lanjut menuju ke Zona Otak, di sini kita diajak untuk mempraktekkan fungsi otak kanan dan otak kiri. Bahkan ada penjelasannya loh, kita masuk kategori kepribadian yang mana berdasarkan fungsi otak kita.
Lanjut lagi menuju ke Zona Mata. Kami mendapat pemandu yang baru. Di sini kami dijelaskan tentang fungsi mata dan bagaimana caranya agar kita bisa menjaga kesehatan mata. Apalagi yang suka ngucek mata, hati-hati karena bisa membuat permukaan mata bergelombang dan menyebabkan mata silindris. Kami juga sempat masuk ke dalam bola mata. Wah, rasanya cukup ngeri ya kalo mata kita tidak berfungsi dengan baik. Setelah dari zona ini, kami menuju ke Activity Room, di mana kita bisa mencoba berbagai simulasi. Sayangnya, peralatannya sudah tidak berfungsi dan hanya bisa dijadikan sebagai tempat untuk foto-foto jadi dokter. Kami langsung melanjutkan ke Zona Pembuluh Darah, yang berujung ke Zona Jantung. Di zona pembuluh darah, kita masuk ke dalam terowongan mirip pembuluh darah. Zona-zona berikutnya yang kami masuki antara lain Zona Paru-Paru, Zona Hati, Zona Lambung, Zona Usus, dan Zona Ginjal. Kami kemudian mencoba Cinema 3D. Tapi sayang sekali, kacamatanya sudah tidak nyaman untuk dipakai. Walau hanya sebentar, tapi rasanya tidak worth-it untuk dicoba. Perjalanan diakhiri dengan cek kesehatan gratis. Di sini kita bisa cek asam urat dan gula darah. Oya, sebenarnya ada satu lokasi lagi yaitu koleksi cadaver atau spesimen tubuh manusia yang diawetkan dengan teknik plastinasi. Cuma kok kami tidak menemukannya, atau memang sudah tidak dibuka lagi. Untuk keseluruhan, museum ini sebenarnya sangat bagus. Tapi sepertinya kurang dijaga ya, jadinya banyak simulasi yang tidak berfungsi dan banyak zona yang cenderung “seadanya”.
Ketika kami keluar dari museum, hujan sudah reda. Perut langsung kelaparan, jadilah kami meluncur ke Warung Sate Kelinci di daerah Temas (lokasinya dekat dengan Jatim Park 3). Kami langsung memesan Sate Kelinci dan Sate Kalkun. Sebenarnya kalau sate kelinci sudah sering saya temui di Tawangmangu dan Kaliurang, tapi sepertinya layak untuk dicoba. Termasuk sate kalkun, kira-kira seperti apa ya rasanya? Kalau menurut saya sih, sate kalkunnya yang paling enak dibandingkan dengan sate kelinci. Dagingnya lebih kenyal dan tidak begitu amis. Untuk seporsi sate kelinci dan sate kalkun harganya sekitar Rp40.000 (belum termasuk lontongnya ya). Setelah perut kenyang, kami langsung lanjut ke Jatim Park 3.
Jatim Park 3
Lokasi Jatim Park 3 ini lebih mirip mal atau pusat perbelanjaan. Jadi kita masuk melalui area Dino Mall. Di sini ada beberapa tempat makan, minimarket, dan juga museum. Tapi yang menjadi highlight adalah Dino Park dan The Legend Star Park. Saya kemudian membeli tiket paket Dino Park dan The Legend Star Park. Harganya Rp150.000 per orang (diskon 25% untuk weekdays). Di Dino Park, kita langsung disambut aneka dinosaurus yang seakan-akan mereka hidup. Di dalamnya ada museum yang berisi kerangka dinosaurus, mulai dari Tyranosaurus, Stegosaurus, hingga Mammoth, serta ada pula informasi tentang penemuan tulang dinosaurus dan juga informasi seputar dunia dinosaurus.
Di lantai bawah, kita bisa melihat perjalanan dinosaurus dari jaman ke jaman dengan naik kereta Jelajah 5 Zaman. Untuk atraksi ini kita tidak perlu membayar lagi, alias gratis. Bagi saya cukup seru, karena mirip dengan masuk ke Jurrasic Park. Kita akan diajak melintasi berbagai zona sesuai dengan zaman. Tapi ada catatan nih, kalau hujan ya siap-siap basah. Karena keretanya terbuka. Kami kemudian melanjutkan ke area dalam dengan melintasi jembatan akar (sebenarnya bukan jembatan akar asli). Di dalam terdapat foodcourt, dan zona-zona seperti Ice Age, The Rimba, Dinotopia, dan juga Istana Boneka Family Fun Rides. Tapi hanya satu yang membuat kami tertarik, yaitu atraksi Dino Action Naga Cloning. Selain karena gratis, atraksinya mirip dengan wahana Niagara di Dufan. Jadi kami naik ke perahu, lalu masuk ke dalam di mana diceritakan tentang ilmuwan gila yang hendak membuat kloningan dinosaurus. Ujung dari perjalanan ini, kita semacam diterjunkan dari atas. Lumayan seru, cuma sayangnya ketika selesai hujan tiba-tiba turun. Kami langsung buru-buru keluar untuk menuju ke The Legend Star Park.
Taman wisata ini semacam Madame Tussauds Museum dengan kearifan lokal dan memang diperuntukkan bagi yang suka foto-foto. Ketika masuk, kita bisa langsung berfoto dengan perabotan klasik. Saya dan ibu saya menyempatkan diri untuk foto-foto di sini. Lumayan bagus kok, bahkan penjaganya juga bisa kita mintai tolong untuk memotret kita. Area berikutnya adalah replika Istana Negara (mirip banget, sampai ada rusa totolnya juga). Di sini kita foto dengan patung lilin Presiden Joko Widodo, mantan Presiden BJ. Habibie, dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Selain itu ada beberapa tokoh dunia, mulai dari Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, hingga Albert Einstein. Berikutnya kita akan masuk ke Sport Zone yang isinya patung lilin tokoh olahraga dunia.
Sayangnya hujan masih turun, walaupun tidak terlalu deras. Kami melanjutkan ke Gedung Putih, di dalamnya ada patung lilin Obama dan juga Trump. Di sebelahnya ada Bandar Udara Schipol dan Amsterdam (bisa foto-foto dengan kostum Belanda), Taj Mahal (yang ternyata hanya dua dimensi, haha) dan juga rumah ala Bollywood, Candi Majapahit (ini keren loh), dan di paling belakang ada rumah tradisional Korea (kalian juga bisa sewa baju tradisional Korea untuk berfoto).
Lanjut ke lokasi yang lain, ada replika Colosseum di Italia (plus ada patung gladiatornya), lalu Zona Jepang yang menurut saya paling bagus di antara zona-zona lainnya. Kalau memang berasa ingin seperti di Jepang, kalian bisa menyewa kostum tradisional Jepang di sini. Bakal tidak ada yang menyangka kalau kalian berfoto di Jatim Park 3. Tak jauh dari situ ada Hollywood Party yang isinya patung lilin para pesohor. Nah, kalau yang saya ini saya cukup suka. Lumayan bisa berfoto dengan selebritas seperti Tom Cruise, Nicole Kidman, dan Julia Roberts. Kami kemudian menuju ke Forbidden City, sebenarnya akan ada zona baru yaitu Hogwarts (sayangnya masih dalam proses pembangunan). Di Zona Forbidden City, kita bisa berfoto dengan kostum ala kaisar China (tentunya dengan menyewa ya). Setelah zona Jepang, saya suka dengan zona ini. Sayangnya memang tidak terlalu besar dan saat itu gerimis. Jadi tidak bisa maksimal menikmatinya. Terakhir kita masuk ke Superheroes Zone. Buat yang suka karakter dari Marvel atau DC, zona ini pasti wajib hukumnya untuk dijadikan spot berfoto.
Selesai dari dua taman ini, saya mengajak ibu saya ke Infinite World. Tiketnya pun cukup murah yaitu Rp22.500 (diskon 25% karena weekdays). Jadi apa sih Infinite World itu? Ini semacam wahana mirip Infinity Room-nya Yayoi Kusama. Sebelum masuk kita diminta untuk pakai alas kaki tambahan. Isinya ruangan-ruangan kaca dengan berbagai lampu warna-warni. So far, menarik. Selain wahana ini, masih ada Museum Musik Dunia, Funtech Plaza, dan beberapa wahana lainnya.
Kami sudah cukup lelah berkeliling dan ingin segera masuk ke hotel. Kami langsung bergegas ke hotel untuk istirahat dan bersiap-siap untuk makan malam. Hotel kami terbilang cukup nyaman. Pemandangannya langsung ke arah kota dan Gunung Arjuno. Ini nilai plus dari kamar kami. Lokasinya sangat dekat dengan Batu Secret Zoo dan Museum Satwa. Hal itu juga yang membuat saya memutuskan mengubah jadwal ke hari terakhir. Setelah sejenak beristirahat, malamnya kami melanjutkan ke Alun-Alun Kota Batu (sebenarnya ingin ke Batu Night Spectacular, tapi masih gerimis, berharap besok malam tidak hujan). Di alun-alun, suasana sudah cukup ramai. Padahal ini hari biasa, bukan hari libur atau akhir pekan (pastinya akan semakin ramai). Malam itu kami mau mencicipi salah satu cemilan khas Batu, Malang. Kami langsung menuju ke Pos Ketan Legenda 1967. Nah, kalo dari namanya, ketan ini sudah ada sejak 1967. Untuk memesannya, kita cukup antri di kasir, pesan lalu bayar. Tinggal menunggu pesanan kita datang. Oya, kalau akhir pekan atau hari libur, harap bersabar ya antrinya. Nama Pos Ketan sendiri muncul karena dulu sang nenek (pendirinya) berjualan di depan Kantor Pos. Ada banyak toping yang bisa kalian pilih, kalau kemarin saya pesan toping durian dan ibu saya pesan toping keju. Harganya juga super murah, rata-rata harganya Rp15.000 per porsi. Di seberangnya ada Depot Susu KUD Ganesha Batu. Sebenarnya kita bisa menikmati susu hangat di sini, tapi berhubung kami sudah memesan susu di Pos Ketan, kami akhirnya hanya membeli yogurt jelly rasa leci.
Sebelum menuju ke lokasi berikutnya, kami menyempatkan jalan-jalan ke alun-alun. Di sekitar alun-alun banyak pedagang makanan. Pokoknya dijamin tidak akan kelaparan ketika berkunjung ke sini. Sedangkan di alun-alun, terdapat lampion beraneka bentuk (mulai dari apel hingga sapi perah), serta Bianglala atau Ferris Wheel. Sayangnya saat itu petugasnya sedang istirahat, jadi kami tidak mencoba naik. Padahal tiketnya sangat murah, hanya Rp5.000 per orang. Katanya sih, kita bisa melihat pemandangan Kota Batu dari atas. Mungkin belum berjodoh untuk naik wahana ini.
Walau perut sudah cukup kenyang, kami tetap menuju ke Omah Kitir untuk makan malam (sekaligus makan malam untuk merayakan ulang tahun ibu saya). Omah Kitir sendiri terbilang tempat nongkrong yang romantis (katanya loh ya). Suasananya dipenuhi dengan lampu dan lilin-lilin cantik. Menu yang ditawarkan rata-rata adalah masakan Italia. Malam itu kami pesan pasta, salad dan juga pizza untuk kami bawa pulang. Perut kami pun super kenyang dan kami ingin segera pulang ke hotel untuk beristirahat. Perjalanan hari pertama ini lumayan melelahkan, tapi sangat seru. Kami tidak sabar dengan perjalanan keesokan harinya. Malam itu kami berpisah dengan Mas Feri, yang sudah mengantarkan kami berkeliling Batu, Malang. Buat kalian yang ingin menyewa kendaraan, kalian bisa menggunakan jasa sewa kendaraan yang saya pakai ini. Kalau menurut saya sih worth-it banget. Jika kalian ingin menyewa untuk dua hari atau lebih, kalian bisa dapat harga khusus. Tapi saya sendiri hanya menyewa untuk satu hari saja, sisanya saya akan menggunakan ojol (karena mudah didapatkan di sini).
Coban Rondo & Wisata Paralayang Gunung Banyak
Cuaca pagi hari tampak cerah, ya walau sedikit mendung di kejauhan. Kami segera turun dan sarapan di Jungle Fastfood, restorannya Pohon Inn Hotel. Di sini kita bisa sarapan sambil melihat kandang macan tutul, singa dan juga (kalau tidak salah) macan pohon. Tapi hanya macan tutul saja yang sudah wara-wiri di kandangnya. Di resto ini ada meja yang disusun seperti lingkaran, awalnya saya duduk di dekat kaca kandang macan tutul. Ternyata lantai meja ini bergerak, alhasil saya jadi makin jauh dengan kandang macan tutul. Kan kapan lagi makan sambil dilihatin macan tutul. Trik untuk bisa melihat dengan leluasa, cobalah duduk di bagian tengah yang tidak bergerak. Sedikit jauh, tapi kita bisa melihat kandang macan tutul sampai puas.
Selesai makan, saya segera mencari ojol. Tak perlu lama untuk mendapatkan ojol di Batu. Tapi rata-rata kendaraannya adalah taksi. Tujuan pagi itu adalah menuju ke Coban Rondo. Selama perjalanan, sang supir bercerita tentang Coban Rondo ini. Katanya sih, dulu ada janda atau “rondo” yang tinggal bersembunyi di balik air terjun (atau bahasa setempat “coban“). Jadi ada sepasang suami-istri bernama Raden Baron Kusumo dan Dewi Anjarwati, mereka sebenarnya dilarang berpergian sebelum usia pernikahan mereka “selapan” atau delapan bulan. Namun nasihat ini rupanya dihiraukan dan akhirnya mereka tetap berjalan menuju ke Gunung Anjasmoro. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Joko Lelono yang jatuh hari pada Dewi Anjarwati. Sang suami kemudian meminta sang istri bersenyembunyi di balik air terjun sembari menunggu dirinya. Kedua laki-laki itu kemudian bertarung dan akhirnya sama-sama tewas dalam pertarungan. Janji sang suami pun tak terpenuhi, dan sang janda meratapi nasibnya di balik air terjun. Nah, karena itu ada semacam mitos yang beredar di masyarakat, jangan membawa pasangan atau pacar ke sini. Sebab diyakini keduanya bisa berpisah alias putus.
Sebenarnya kami ke Coban Rondo karena tertarik dengan Taman Labirinnya. Tapi ternyata tiket terusan kami sudah termasuk tiket untuk masuk ke area air terjun. Kami akhirnya meminta supir taksi kami untuk menunggu (jadi kami menyewa jasanya dengan minimal 2 jam, di mana per jam dipatok harga Rp75.000. Setelah saya coba pertimbangkan, sepertinya lebih murah ketimbang menyewa kendaraan dari hotel, yaitu sekitar Rp250.000 untuk 3 jam).
Di Coban Rondo, suasananya sangat sejuk. Beruntung cuaca sangat cerah, sehingga kami bebas berkeliling. Lebih beruntungnya, kami ini termasuk pengunjung pertama. Jadi suasananya tidak ramai. Kami langsung menuju ke Taman Labirin. Lokasinya tak jauh dari parkiran. Di sini ada menara pengawas yang membantu pengunjung yang ingin memecahkan misteri labirin dari atas. Labirinnya sendiri cukup rapi, walau ada ada bagian yang berlubang. Hanya ibu saya yang mencoba masuk, sedangkan saya mengawasi dari atas menara. Tiket terusan kami ini termasuk beberapa wahana, namun kami tidak terlalu tertarik mencobanya. Sebab selain belum buka, ada beberapa yang tidak beroperasi. Kami langsung lanjut ke area air terjun. Coban Rondo terbilang wisata yang ramah untuk berbagai usia. Untuk menuju ke area air terjun tidak terlalu menanjak, bahkan tidak jauh dari lokasi parkiran. Kala itu situasinya masih sangat sepi, hanya beberapa pengunjung yang sedang piknik. Kami tidak perbolehkan terlalu dekat dengan air terjun, mungkin karena musim penghujan jadinya takut air dari atas menjadi deras. Kami berkeliling sekitar 30 menitan di sini dan melanjutkan perjalanan ke Wisata Paralayang Gunung Banyak.
Jika Coban Rondo berada di daerah Pujon, maka Gunung Banyak ini berada di daerah Songgokerto. Untuk menuju lokasi ini, kita harus melalui jalanan desa yang sempit. Berbeda dengan Coban Rondo, tiket masuk tidak termasuk biaya parkir. Demikian pula jika hendak masuk ke Taman Langit maupun Omah Kayu. Masing-masing harus membayar tiket masuk. Oya, kenapa namanya Gunung Banyak. Katanya sih konon setiap malam tertentu akan terdengar suara angsa atau “banyak” dalam bahasa setempat. Jadilah namanya Gunung Banyak. Walau namanya gunung, sebenarnya Gunung Banyak adalah bukit dengan ketinggian 1.315 mdpl. Lokasi ini juga menjadi surga bagi paraglider atau penyuka olahraga paralayang. Di bukit paling atas, terdapat lintasan untuk berlari paraglider sambil membuka parasutnya. Catatan khusus: jangan merokok di sini ya. Sebab abu rokok bisa melubangi parasut. Jangan sampai kita membuat celaka orang lain. Jika ingin merokok, berdirilah agak jauh dari lintasan.
Sama beruntungnya dengan Coban Rondo, pagi itu cuaca cukup cerah. Banyak paraglider yang datang untuk berlatih. Bahkan ada pengunjung yang turut ikut dengan cara tandem. Saya kurang tahu berapa harga sekali terbang, Mungkin sekitar Rp300 ribuan untuk sekali terjun. Di sini saya tidak berani terlalu dekat dengan pinggir bukit, karena sangat curam. Saya akui, para paraglider ini memiliki keberanian yang luar biasa. Bayangkan jika tiba-tiba parasut tidak terbuka. Bisa langsung jatuh ke bawah. Puas melihat paralayang, kami beranjak ke Taman Langit. Taman ini sebenarnya bukit yang dihiasi dengan patung dan aneka tanaman hias. Tujuan utama taman ini tentunya untuk berfoto-foto. Di atas bukit ada bangunan mirip kincir angin, namun kami mengurungkan niat karena sudah terlalu capai. Bahkan kami tidak jadi masuk ke area Omah Kayu. Kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan menukarkan satu tiket gratis kami.
Oya, di perjalanan pulang. Kami melihat ada The Onsen Hot Spring Resort. Jadi ini penginapan dan pemandian air panas dengan konsep Jepang. Bahkan penginapannya pun menggunakan interior khas Jepang. Sebenarnya ada pemandian air panas lainnya di Batu, yaitu Pemandian Air Panas Cangar. Namun kalah populer dengan The Onsen. Mungkin lain kali jika ada kesempatan ke Batu, saya akan mencoba berkunjung ke sini.
Eco Green Park
Menyewa ojol untuk berjalan-jalan mungkin sedikit membuat saya kecewa. Sebab jika dihitung-hitung jatuhnya sama dengan sewa mobil dari hotel. Kami saat itu hampir 3 jam, dari yang semula hanya ingin 2 jam saja. Mungkin ini bisa jadi pembelajaran (karena saya awalnya takut tidak akan mendapatkan ojol saat di wilayah atas, apalagi di atas sedikit susah sinyal). Baiklah, daripada terus menyesal. Kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Eco Green Park. Oya, taman ini adalah dua dari tiga pilihan taman yang menjadi komplimen dari hotel. Kami memilih Eco Green Park karena lebih dekat, ketimbang Fun Predator Park yang lokasinya terlalu jauh.
Eco Green Park ini masih satu kawasan Jatim Park 2. Isinya (seharusnya) adalah taman bermain edukasi, tapi setelah masuk, saya lebih mengganggapnya sebagai taman burung. Kenapa edukasi? Karena di sini kita bisa mencoba aneka simulasi, seperti listrik tenaga surya, biogas, hidroponik, pengolahan susu dan lainnya. Tapi rata-rata tidak berfungsi dan tidak ada petugas yang berjaga. Hanya di Eco Science Center, kita bisa merasakan langsung simulasi gempa, angin topan, hingga tsunami.
Saat masuk, kita langsung melihat kolam ikan koi yang begitu besar. Tak jauh dari situ terdapat Rumah Serangga Dunia atau Insectarium. Di sini ada beberapa koleksi serangga, baik yang masih hidup maupun yang mati. Keluar dari sini, kita disambut dengan area Walking Bird. Jadi isinya aneka unggas atau burung yang tidak bisa terbang (atau bisa dibilang burung-burung besar), mulai dari burung unta, burung bangau dan burung dari berbagai belahan dunia. Rute di Eco Green Park ini cukup menarik, jadi kita masuk per zona. Setelah dari Walking Bird, kita bisa sejenak beristirahat di Plaza Music, di mana kita bisa mencoba memainkan alat musik dengan menggunakan tenaga air.
Selain Walking Bird, zona berikutnya adalah World Pheasant (atau burung berekor panjang), World of Parrot (jangan kaget jika ada burung bisa kalian ajak bicara, hehe), Exotic Bird of Paradise, Duck Kingdom, Owl House, Eagle Park, Show Penguin (ini zona baru), Budgerigar (atau burung parkit), Merpati Dunia, dan Exotic White Peacock (ini yang wajib kalian kunjungi). Di masing-masing zona kita bisa berfoto dengan burung-burung (bayar sukarela, atau bisa mencetak foto yang ada di stan foto). Selain itu ada juga pertunjukan yang melibatkan burung-burung yang ada di taman ini di jam-jam tertentu.
Setelah puas melihat aneka burung (semisal kalian sedikit alergi dengan bau atau bulu burung, saya sarankan untuk memakai masker), kami menuju ke wahana permainan. Pertama menuju ke Rumah Terbalik (yang menurut saya tidak worth-it), dan Eco Science Center di bangunan mirip candi untuk mencoba aneka simulasi (walau tidak semua beroperasi), serta Hanoman Bioskop Dome 3D. Untuk yang terakhir ini saya agak bingung, karena sepertinya tidak “nyambung” dengan tema taman ini. Mungkin karena teknologinya ya, jadi masuk sebagai salah satu wahana. Di dalamnya mirip dengan rumah iglo (tapi sedikit gerah) dan kita diajak menonton petualangan Hanoman secara 360 derajat. Sayangnya, gambar bioskop ini juga kurang tajam. Hujan kemudian turun saat kami hendak meninggalkan Eco Green Park. Saya kemudian memesan ojol untuk menuju ke Museum Angkut.
Museum Angkut
Sesampai di Museum Angkut, hujan sudah tidak turun lagi. Pertanda baik, karena kami bisa sejenak makan siang di Pasar Apung. Setelah perut terisi, kami langsung menuju loket untuk membeli tiket. Harga tiket masuk per orang adalah Rp100.000 (harga sama, baik weekdays maupun weekend), plus ditambah Rp30.000 untuk tiket kamera. Alangkah bodohnya saya ketika lupa membawa boarding pass saya. Jika menggunakan boarding pass Citilink, kita bisa mendapatkan potongan harga 20%.
Museum ini disebut-sebut sebagai museum transportasi terbesar di Asia dan karena namanya museum angkut, hampir 99% koleksinya berhubungan dengan alat transportasi, mulai dari pedati hingga pesawat terbang. Masuk ke dalam hall pertama, kita langsung disajikan dengan beraneka kendaraan. Beralih ke lantai berikutnya atau di Area Garbarata, ada berbagai koleksi alat transportasi jaman dulu, tangga menuju ke roket Apollo, mobil balap dan juga bioskop mini yang menayangkan sejarah alat angkut dari masa ke masa. Di area paling atas atau Runway 27 Airport, terdapat koleksi helikopter dan pesawat kepresidenan RI1. Sepertinya yang paling menarik di sini adalah ketika masuk ke pesawat ini. Kita boleh berfoto di seluruh bagian pesawat (tapi sepertinya di bagian cockpit tidak dibuka).
Hujan tiba-tiba turun sangat deras saat kami memasuki area Pecinan. Di sini biasanya para pengunjung berfoto sambil berpura-pura naik sepeda motor dengan barang bawaan yang banyak (pose wajib). Tapi sepertinya sudah tidak ada lagi, karena koleksinya sudah berganti. Sebagai gantinya kita bisa mencoba berbagai kendaraan di ruang indoor yang berada di Batavia Zone. Selepas zona ini, kita masuk ke America Zone. Kalau dilihat-lihat sih mirip dengan Kota New York di jaman para gangster masih berkuasa. Di sini sempat ada pertunjukan parade mobil. Satu hal yang membuat saya salut dengan peserta paradenya adalah mereka tetap bersemangat walaupun hujan (ya semoga saja tidak masuk angin). Kita diperlihatkan dengan aneka kendaraan kuno yang masih bisa beroperasi. Selesai melihat parade, kami melanjutkan perjalanan ke Europe Zone. Zona ini terdiri dari berbagai koleksi kendaraan dari negara-negara Eropa, seperti Italia, Prancis, Jerman dan Inggris.
Beralih ke zona berikutnya, nah kalau ini juga jadi ikon di Museum Angkut, yaitu replika Buckingham Palace, alias istananya Ratu Elizabeth II di London, Inggris. Walau mungkin tak sebesar aslinya, tapi gedung ini tampak megah (baik luar maupun dalamnya). Lalu apa saja yang menjadi koleksi gedung ini? Beberapa kendaraan produksi pabrikan Inggris, dan singgasana sang ratu, serta kereta mobil (yang ternyata boleh ditumpangi oleh orang dewasa). Di luar gedung ini berlanjut ke Zona Las Vegas dan Hollywood. Satu hal yang paling menarik di sini adalah mobil limosin keluaran Hummer dan juga simulasi Bat Mobile. Karena masih hujan, kami memutuskan untuk keluar dari area museum. Nah di sini ada yang unik nih, kita keluar melalui gerbong kereta. Bahkan ketika berjalan, kita seakan seperti sedang berjalan di dalam kereta yang sedang melaju.
Di area ini juga ada satu museum yang mungkin tidak banyak diketahui, yaitu Indonesian Heritage Museum atau Museum D’Topeng. Masuknya pun gratis. Di dalam kita bisa menikmati koleksi benda-benda peninggalan sejarah dan budaya. Bahkan kita bisa menggunakan aplikasi dari museum ini untuk menikmati AR atau augmented reality. Saya lupa nama aplikasinya, tapi kalian bisa menanyakannya kepada petugas yang berjaga. Puas berkeliling di Museum Angkut dan Museum D’Topeng, kami kembali ke hotel dengan menggunakan ojol.
Batu Night Spectacular (BNS)
Hujan tampaknya tak segera reda. Malam itu adalah malam terakhir di Batu, Malang. Destinasi malam hanya tinggal Batu Night Spectacular atau BNS. Mau tidak mau, kami menuju ke BNS yang memang tak jauh dari lokasi kami menginap dan sekaligus mencari makan malam di sana. BNS sendiri adalah taman bermain yang berkonsep pasar malam yang memang ditujukan untuk wisata jalan-jalan di malam hari. Tiket masuknya seharga Rp30.000 per orang untuk weekdays. Di sini juga ditawarkan tiket terusan untuk mencoba beberapa wahana seharga Rp99.000 (untuk weekdays).
Sebenarnya BNS banyak tempat menarik, namun karena hujan tak kunjung reda, kami hanya berkunjung ke lokasi yang indoor. Tapi yang paling utama, kami wajib masuk ke Lampion Garden. Di sini kita harus membayar lagi seharga Rp15.000 per orang. Ada banyak lampion yang unik di sini, mulai dari karakter kartun, bunga, hewan, istana, kereta kuda, hingga bangunan khas beberapa negara. Sayangnya hujan deras, jadi tidak maksimal berjalan-jalan di sini. Padahal jika sedang tidak hujan, kita bisa berkeliling dengan menggunakan Sepeda Udara. Sebagai obat kecewa, kami akhirnya menuju ke Rumah Kaca (mirip dengan Infinite World), dan mencari wahana yang lainnya.
Setelah sedikit berbasah-basahan, kami sempat mencoba wahana Magic Bounce, Berburu Hantu, Cinema 4D, dan VR Rides. Rata-rata kami harus membayar tiket sebesar Rp15.000 per orang. Semisal tidak hujan, ada beberapa wahana yang wajib dicoba. Mulai dari Flying Swinger, hingga Gokart. Jika hujan, beberapa wahana tidak akan beroperasi. Jadi pastikan datang saat tidak hujan ya. Apalagi kalau beli tiketnya terusan, agak sayang karena tidak bisa menikmati wahana yang sudah masuk ke dalam tiket. Oya, bagaimana wahana-wahana yang ada di BNS? So far seru dan menarik. Cuma ya, pastikan datang saat tidak hujan. Di sini juga ada foodcourt di area Night Market. Cara membeli makanan di sini menggunakan kartu yang diisi dengan saldo. Jadi tinggal tap ketika membeli dan apabila masih ada sisa saldo, bisa kalian tukarkan kembali. Makanan yang dijual sangat bervariasi. Kalau soal rasa, ya cukup standar. Di sisi lainnya, terdapat pasar malam yang menjual beraneka macam oleh-oleh dan souvenir. Malam itu, hujan masih terus mengguyur Kota Batu. Jadilah kami tidak kemana-mana setelah dari BNS.
Taman Rekreasi Selecta
Hari berikutnya, cuaca sangat bersahabat. Hari ini adalah hari terakhir kami di Kota Batu. Sebelum sarapan, kami membereskan barang-barang kami agar nanti tidak terlalu repot saat check-out. Pagi itu kami kembali sarapan di Jungle Fastfood. Mumpung masih cerah, saya segera memesan ojol untuk menuju ke Selecta. Di sepanjang jalan, ada banyak lokasi wisata untuk petik apel. Sesampainya di Selecta, kami membayar tiket masuk Rp35.000 per orang (belum termasuk kendaraan). Berhubung yang mengantar kami adalah mobil taksi, saya hanya membayar tiket untuk saya dan ibu saya.
Selecta sebenarnya terkenal karena lokasinya di dataran tinggi dan juga kolam renangnya. Namun baru beberapa tahun terakhir ditambahi dengan taman bunga. Ya supaya bisa dijadikan spot untuk berfoto. Selain itu juga ada Sky Bike, yang melintasi atas taman bunga. Ini cukup menarik, cuma ya butuh kekuatan ekstra untuk mengayuh pedalnya. Untuk tiket Sky Bike per orang Rp15.000 (per kendaraan untuk dua orang). Kami tak terlalu lama di sini, cuma penasaran dengan suasana Selecta sekarang. Dulu waktu masih kecil, saya pernah diajak ke sini untuk berenang dan juga piknik. Jika sudah agak siang, Selecta menjadi semakin ramai dengan rombongan anak sekolah. Untuk kembali ke hotel, kami memesan ojol. Menurut ulasan yang saya baca, katanya sih lebih baik memesan saat di pintu keluar. Namun ternyata, setelah saya berada di luar, saya diminta untuk kembali masuk. Usut punya usut, di sini masih ada angkot yang kurang menerima ojol. Jadi saran saya, pesanlah di parkiran dalam. Tak perlu berjalan ke depan (walaupun ada shuttle, tapi itu hanya diperuntukkan bagi yang menginap di hotel). Saat perjalanan pulang, ibu saya ingin membeli apel Malang. Sayangnya tidak menemukan buah yang bagus dan tidak jadi membeli.
Jatim Park 2
Kami sampai di hotel kira-kira jam 10 pagi. Kami pun segera check-out untuk mengantipasi keterlambatan. Apalagi setelah itu kami hendak menuju ke Batu Secret Zoo dan Museum Satwa. Kami kemudian menitipkan koper di resepsionis dan bergegas ke loket Jatim Park 2. Oya, jika kalian ingin membeli dengan menggunakan boarding pass Citilink, kalian langsung saja ke kantor pemasaran yang berada persis di dekat pintu hotel. Jika menggunaan boarding pass, nantinya lembaran boarding pass ini akan distempel. Cukup menggunakan satu boarding pass saja dan juga KTP.
Dari semua taman di Jatim Park, Batu Secret Zoo ini yang paling ramai. Rata-rata pengunjungnya anak-anak sekolah. Saat kami masuk, sudah ada antrian panjang. Jadi jangan harap bisa menikmati suasana dengan tenang. Masuk ke dalam kita langsung disambut dengan tikus raksasa dan zona Monyet Dunia. Turun ke bawah kita menuju ke Reptile Garden dan Aquarium (keduanya indoor). Zona berikutnya kita bisa menyaksikan kucing raksasa, mulai dari jaguar (yang besar sekali), leopard dan snow leopard. Nah kalau yang berikutnya, kita masuk ke semacam ruangan kaca di bagian kanan dan kiri. Ini adalah zona Savannah (atau zona Afrika). Sayangnya hanya satu sisi saja, karena sisi lainnya sedang direnovasi.
Masuk ke area berikutnya, di sini sepertinya adalah tujuan utama rombongan anak-anak yaitu Fantasy Land (water park) dan Happy Land. Rata-rata semua berkumpul di sini. Sebenarnya masih ada satu zona yang terlewat, yaitu Baby Zoo dan Safari Ride yang berada di paling belakang. Berhubung kami sudah cukup capai, kami tidak berjalan sampai ke area belakang. Kami melanjutkan ke zona berikutnya, melalui River Adventure, kandang jerapah, kandang beruang madu, dan kandang badak putih. Oya, di sini kalian juga bisa memberi makan jerapah dan badak putih. Setiap jam tertentu akan ada feeding time (tidak gratis ya). Di area ini justru lebih sepi, kami jadi bisa menikmati suasana kebun binatang dengan lebih santai. Zona paling akhir adalah zona kucing raksasa, seperti harimau, harimau putih dan singa. Bahkan saya sempat melintas kandang macan tutul yang kami lihat dari balik Jungle Fastfood.
Pintu keluar Batu Secret Zoo berada berdekatan dengan Museum Satwa. Kami pun langsung menuju ke pintu depan. Bangunan museum ini memang sangat khas, mirip dengan bangunan Romawi. Di bagian kanan dan kirinya terdapat patung gajah raksasa. Di dalam museum ini terdapat sangkar raksasa. Di sini kalian bisa berfoto dengan burung-burung yang sudah diawetkan. Koleksi museum ini adalah binatang yang diawetkan dan dibagi berdasarkan habitatnya. Jika kalian pernah ke Museum Zoologi Bogor, maka isinya kurang lebih sama (tapi lebih bagus Museum Satwa). Di dalamnya terdapat diorama habitat masing-masing binatang. Koleksi museum ini termasuk lengkap dan cocok bagi yang suka dengan dunia binatang (edukasi tentang keanekaragaman hayati). Bahkan disebut-sebut sebagai museum satwa terbesar di Indonesia. Di sini juga terdapat Insectarium yang sama dengan di Eco Green Park (mungkin saking banyaknya koleksi, mereka membaginya di dua lokasi).
Selain binatang di daratan, di sini juga ada diorama binatang di lautan. Menariknya, ada juga galeri fosil binatang di tengah museum. Area lainnya yang bisa kita saksikan antara lain Zona Hewan Musim Dingin dan Zona Hewan Afrika. Selain itu ada juga pertunjukan Mayapada Show (semacam operet binatang) di jam tertentu. Meski cukup luas, rasanya tidak perlu sampai satu jam untuk mengunjungi museum ini (kecuali jika menyaksikan beberapa pertunjukan di dalam museum). Kalau menurut saya, museum ini cukup keren. Ya dibandingkan yang pernah saya lihat di Bogor, di sini lebih tertata dan interiornya lebih menarik. Oya, di bagian luar museum terdapat patung gajah mini yang dilukis warna-warni. Walau tak banyak tempat yang kunjungi di hari terakhir, rasanya capai sekali (apalagi cuaca cukup panas). Sejenak kami beristirahat dan membeli minuman di Nandi Murni. Kami kemudian menuju ke hotel untuk mengambil koper dan menuju ke Kota Malang. Namun sebelum itu saya mencari souvenir di toko yang berada di dekat lobby hotel. Pengalaman di Kota Batu memang lebih banyak dihabiskan di taman bermain dan museum. Mungkin itu pula yang menjadi daya tarik Kota Batu sekarang. Jadi tak hanya apel malang saja yang terkenal di kota ini. Semoga kelak bisa berkunjung ke sini lagi. Sampai jumpa Kota Batu!
Catatan: Selain menggunakan ojol, Jatim Park juga menyediakan Shuttle Car atau Doto Train (dengan rute Batu Secret Zoo & Museum Satwa, Eco Green Park, Jatim Park 1 & Museum Tubuh, dan Museum Angkut. Saya sendiri tidak mencobanya, karena jadwal keberangkatan menyesuaikan jumlah penumpangnya. Namun saya tidak bisa memastikan, apakah memang jadwalnya bervariasi atau tidak. Tapi menggunakan ojol bisa dijadikan alternatif, selain karena lebih murah (jika banyak penumpang), juga mudah didapatkan.