Kota Kinabalu yang berada di Sabah, Malaysia memang bukan pilihan utama bagi saya. Namun, ada rasa penasaran dalam diri saya untuk menjelajahi sisi lain pulau Kalimantan. Rencana perjalanan ini mulai saya susun sejak akhir tahun lalu dengan mencari promosi dari maskapai penerbangan AirAsia. Sayangnya, harga tiket yang saya dapat tidak mendapatkan promo. Namun karena sudah terlanjur “ingin,” saya pun membelinya. Sayangnya, beberapa hari kemudian harga tiket menuju Kota Kinabalu mendapatkan harga promo. Mungkin bukan keberuntungan saya.
Saya menyusun perjalanan saya ini menjadi tiga bagian, yaitu island tour, city tour dan tur ke Kundasang. Kota Kinabalu, atau Sabah bisa menjadi pilihan yang tepat untuk kalian yang ingin berwisata pantai, hingga wisata gunung. Jaraknya pun terbilang dekat dan banyak terdapat agen tur yang menawarkan beberapa tur ini dengan harga yang cukup terjangkau. Sedangkan untuk akomodasi, Kota Kinabalu memiliki banyak varian penginapan yang cukup lengkap, mulai dari yang berbintang lima hingga sekelas hostel. Selain itu, makanannya pun terbilang lezat dan cukup terjangkau. Lalu, apa saja yang ada di kota yang berada di bagian Utara pulau Kalimantan ini? Berikut kisah perjalanan saya!
Perjalanan dimulai dengan naik pesawat AirAsia dari Soekarno-Hatta International Airport menuju ke Kuala Lumpur International Airport 2 atau KLIA2. Saya menggunakan pesawat paling pagi, agar tidak terlalu tertahan di pemeriksaan imigrasi Malaysia (yang terbilang cukup ramai). Saya sendiri hanya membawa satu tas punggung, sehingga saya memanfaatkan online checking agar memudahkan saat datang ke bandara, selain itu kita jadi tidak perlu mencetaknya. Cukup menggunakan aplikasinya saja. Oya, malamnya sebelum berangkat. Saya berusaha agar barang bawaan saya tidak lebih dari 5 kg. Selain tidak ingin terlalu berat, maskapai AirAsia juga memberlakukan aturan batas berat bawaan di bagasi kabin (maksimal 7 kg). Saya sampai memilah-milah baju apa saja yang harus bawa supaya tidak overload.
Sebenarnya saya berniat untuk bermalam di bandara, namun karena bus terakhir dari Mall Taman Anggrek adalah jam 8 malam, saya akhirnya mengurungkan niat saya. Akhirnya saya menggunakan GrabCar untuk berangkat ke bandara pada keesokan harinya. Proses di bandara pun cukup cepat, karena saya sudah check-in terlebih dulu. Demikian pula saat di imigrasi, tidak sampai harus mengantri. Pesawat saya dijadwalkan berangkat pada jam 5:10 waktu Jakarta dan sampai pada jam 8:15 waktu Kuala Lumpur (lebih cepat satu jam dibandingkan Jakarta). Jadwal keberangkatan terbilang tepat waktu, hanya saja jadwal kedatangan tertunda sekitar 15 menit karena cuaca yang buruk di Kuala Lumpur.
Sesampainya di KLIA2, saya segera membeli simcard Hotlink agar bisa menggunakan internet. Saya lebih memilih membeli simcard karena mempertimbangkan jumlah hari dan lokasi (yang mungkin saja akan sudah mendapatkan wifi gratisan). Baru setelah itu saya menuju ke imigrasi, yang ternyata sudah dipenuhi orang asing yang mengantri untuk masuk ke negara Malaysia. Kalau saya coba hitung, saya menghabiskan waktu sekitar 30-40 menit di sini. Beruntung pesawat saya berikutnya adalah jam 12:10 siang. Selepas mengurus dokumen imigrasi, perut rasanya sudah lapar sekali. Kali ini saya makan roti lapis dari Subway saja. Lagipula, saya hendak buru-buru masuk ke terminal keberangkatan domestik untuk beristirahat.
Pesawat saya menuju ke Kota Kinabalu juga terbilang tepat waktu. Perjalanan memakan waktu hampir 3 jam dan pastinya cukup membosankan. Saat sang pilot menginformasikan bahwa pesawat akan segera mendarat, rasa semangat saya pun kembali. Sampailah saya di Kota Kinabalu International Airport. Proses imigrasi pun terbilang cepat. Berhubung di hari ketiga saya akan menyewa mobil, saya menyempatkan untuk mengurus pembayaran di konter penyewaan mobil yang kebetulan ada di dalam bandara. Sebenarnya saya ingin segera menuju ke kota, namun proses pembayaran dan pengisian dokumen penyewaan mobil cukup memakan banyak waktu. Beres dengan dokumen sewa mobil, saya langsung menuju ke konter airport bus. Ternyata bus berikutnya masih akan berangkat 30 menit lagi. Meski makin sore sampai ke kota, paling tidak harga bus ini lebih murah ketimbang menggunakan GrabCar.
Menurut saya, suasana Kota Kinabalu atau KK ini mirip dengan Batam. Awalnya saya pikir jalanannya tidaklah terlalu padat tapi ternyata cukup macet ketika mendekati pusat kota. Mungkin karena itu adalah waktunya orang pulang kerja dan kebetulan adalah hari Jumat sore. Bus kemudian menurunkan saya di Padang Merdeka, semacam terminal untuk bus dalam kota. Lokasi hostel saya pun tak jauh dari terminal ini. Cukup berjalan kaki menuju ke lokasinya. Hostel tempat saya tinggal ini berada di kawasan Australian Place atau area bekas lokasi tinggalnya orang-orang Australia. Sedangkan bangunan hostel saya ini adalah bekas percetakan.
Borneo Backpackers memang tidak mewah, namun memiliki fasilitas yang cukup memadai. Ada wifi dan juga sarapan. Tapi saya sendiri justru tidak memanfaatkan kedua fasilitas ini, pertama wifi-nya terlalu lemot dan sarapan pagi saya lakukan di kedai kopi dekat Gaya Street. Sewaktu check-in, saya mendapatkan selimut dan handuk microfiber. Kamar saya sendiri berisi 3 tempat tidur bertingkat atau berkapasitas 6 orang. Saat itu, baru saya sendiri yang check-in. Oya, saya kemudian meminta loker untuk menaruh beberapa barang berharga. Saya cukup memberikan uang deposit untuk mendapatkan satu loker.
Setelah membereskan barang, saya kemudian menuju ke KK Waterfront untuk melihat sunset. Lokasinya juga tak jauh dari hostel. Namun, ketika saya sampai ke lokasi dekat Marlin Statue, sedangkan ada acara dengan beberapa tenda-tenda. Walau begitu, saya masih bisa menikmati dek waterfront. Matahari memang belum terbenam, suasana juga masih cukup terang untuk ukuran jam 6 sore. Masyarakat lokal dan juga turis asing mulai banyak merapat ke waterfront. Tak jauh dari di sini terdapat Todak Waterfront Hawker Center yang menjual berbagai masakan laut. Di seberangnya berdiri Pasar Besar Kota Kinabalu, Handicraft Market dan Filipino Market.
Di sini terdapat Night Food Market dengan berbagai makanan dan minuman. Saya menemukan jajanan pasar yang mirip dengan jajanan di Indonesia, lalu berbagai es rasa buah, serta pedagang masakan laut. Saya tergoda mencicipi ikan bakar (nama ikannya, ikan susu), udang bakar dan rumpai laut (atau rumput laut). Perut pun kenyang, saya pun kembali ke hostel. Ternyata ada satu penghuni baru di kamar saya. Namanya Wong, dari Sarawak. Dia hendak mengikuti Sabah Marathon yang akan berlangsung esok hari. Kami sempat ngobrol tentang kondisi politik negara masing-masing dan cerita seputar Sabah, sebelum akhirnya tidur.
Suasana pagi di KK memang cukup lengang, suara burung berkicauan menambah semaraknya pagi. Saya berniat untuk memutari lokasi saya menginap. Mulai dari Atkinson Clock Tower, hingga naik ke Signal Hill melalui Signal Hill Trail yang tak jauh dari Kota Kinabalu Community Hall. Sayangnya, Signal Hill Observatory Tower belum buka. Namun saya masih bisa menikmati pemandangan Jesselton modern dari tepi Jalan Bukit Bendera. Perut pun mulai lapar, saya langsung beranjak menuju ke Yee Fung Restaurant untuk mencoba laksa khas Sabah. Saat itu memang belum terlalu ramai, karena baru 30 menit buka. Saya memesan laksa dan juga teh tarik. Rasanya cukup enak dan tidak terlalu asin. Setelah kenyang, saya kembali ke hostel untuk bersiap-siap menuju ke Jesselton Point untuk island hopping.
Bagi yang ingin island hopping, lebih baik memesannya dari agen tur yang ada di Jesselton Point. Ada banyak agen di sini dan rata-rata terpercaya dan resmi. Saya memilih island hopping ke 3 pulau di Tuanku Abdul Rahman National Park, yaitu ke Pulau Sapi, Pulau Manukan dan Pulau Mamutik. Untuk tur ini, kita akan mengikuti rombongan dan di jam tertentu kita diminta bersiap untuk dijemput dan diantarkan ke pulau berikutnya. Sebenarnya masih ada satu pulau lagi, yaitu Pulau Sulug. Tapi atas rekomendasi si agen tur, lebih baik maksimal 3 pulau karena bisa agak lebih lama menikmati masing-masing pulau. Harga tiket belum termasuk tiket masuk ke taman nasional, sewa pelampung, sewa alat snorkeling, dan sewa sepatu fin (yang ternyata tidak terlalu terpakai). Saya juga diminta untuk membawa makanan, karena harga makanan di pulau cenderung mahal.
Sampai di pulau pertama, kita langsung membayar tiket masuk taman nasional yang berlaku untuk seluruh pulau di dalam kawasan Tuanku Abdul Rahman National Park. Jadi jangan sampai hilang, atau harus membayar lagi jika masuk ke pulau yang berikutnya. Pulau pertama yang saya kunjungi adalah Pulau Sapi, yang dekat dengan Pulau Gaya (salah satu pulau terbesar di kawasan taman nasional ini). Dari tiga pulau yang saya kunjungi, pulau ini memang yang paling ramai. Mungkin karena lokasinya tak jauh dari Pulau Gaya, yang memang terdapat banyak sekali resor. Selain snorkeling, kita juga bisa diving atau bermain aneka wahana air di sini.
Pulau berikutnya adalah Pulau Manukan. Pulau ini terbilang lebih “adem” ketimbang pulau sebelumnya. Ada banyak pepohonan rindang di sini, sehingga banyak yang memanfaatkan untuk piknik bersama keluarga. Tak hanya bermain air, kita juga bisa berkeliling pulau. Untuk pantainya sendiri memang tak sejernih Pulau Sapi, selain itu ada banyak potongan karang (walau memang tak terlalu berbahaya). Pulau terakhir adalah Pulau Mamutik yang menjadi favorit saya. Suasananya lebih tenang dan pasir pantainya lembut, serta airnya lebih jernih. Saya puas snorkeling di pulau ini, selain itu pemandangannya lebih menarik ketimbang pulau-pulau sebelumnya. Puas dengan tur antar pulau, saya kembali lagi ke daratan utama dengan rombongan. Oya, jangan lupa untuk menyimpan tiket dari agen tur kita. Sebab kadang kita diminta untuk menunjukkannya sebelum naik ke kapal.
Sesampai di KK, saya langsung menuju ke laundromat yang berada di belakang hostel. Ini salah satu cara agar kita lebih hemat membawa pakaian. Apalagi jika sudah basah dan masih harus tinggal beberapa hari (terlebih jika hostel kita melarang untuk mencuci baju). Selesai mencuci dan mengeringkan baju, saya lanjut ke Pasar Besar Kota Kinabalu untuk mencicipi ketul atau sayap ayam bakar. Selain sayap ayam, kita juga bisa mencicipi sosis, hati ayam, bedal atau ampela ayam dan buntut ayam. Jajanan yang wajib dicoba jika sedang ke daerah Sabah.
Pulangnya saya menuju ke Gaya Street Night Market. Di sini bertebaran penjual makanan dari ujung jalan ke ujung lainnya. Saya sempat membeli es krim durian, Fried Lao Shu Fen Sea Food atau kwetiau khas Sabah, serta Oyster Omelette. Perut saya jadi sangat penuh. Saatnya kembali ke hostel dan beristirahat.