

Setelah 2 tahun tidak melakukan perjalanan ke luar negeri karena pandemi, akhirnya bulan Agustus lalu saya menyempatkan untuk jalan-jalan ke Singapura bersama teman saya. Perjalanan ke Singapura kali ini terbilang mahal sekali, mulai dari harga tiket pesawat dan akomodasi yang mendadak naik dua kali lipat. Tapi berhubung sudah mengajukan cuti dan ingin menonton konser, kami memutuskan untuk tetap berangkat.
Ke Singapura Demi Menonton Konser
Jadi apa sih yang membuat saya bela-belain ke Singapura? Alasannya hampir sama dengan perjalanan saya sebelumnya, karena ingin menonton konser musik. Kali ini saya hendak menonton konser band asal Islandia, Sigur Ros, yang konser terakhirnya saya tonton 13 tahun lalu di Jakarta. Ketika mereka mengumumkan akan mengadakan tur dunia dan akan singgah ke Singapura, saya langsung super excited. Akhirnya ada alasan juga untuk pergi ke luar negeri.
Kami berdua kemudian menyusun rincian perjalanan kami selama di Singapura. Melihat ada tanggal kejepit di bulan Agustus, kami lalu memutuskan untuk berangkat di tanggal 17 Agustus dan kembali ke Jakarta pada hari Sabtu, 20 Agustus. Jadi masih ada satu hari untuk beristirahat sebelum kembali bekerja. Saat menyusun itinerary, kami awalnya mau ke beberapa lokasi atraksi wisata. Namun karena harga tiket dan hotel yang naik berkali lipat, kami mencoret beberapa destinasi untuk menghemat anggaran liburan. Tapi yang pasti, selain menonton konser, kami berencana untuk berkunjung ke Universal Studios Singapore, karena saya sendiri belum pernah ke sini.
Lalu, apa saja yang perlu disiapkan sebelum berangkat ke Singapura di masa seperti ini? [Agustus 2022]. Menurut visitsingapore.com, seluruh wisatawan yang sudah divaksinasi lengkap dapat menikmati perjalanan bebas karantina ke Singapura. Aturan ini mulai berlaku pada April 2022.

Kita harus mengunduh aplikasi TraceTogether dan mendaftarkan profil kita. Nantinya kita cukup mengikuti langkah-langkahnya, dan memilih I’m visiting Singapore dalam profil kita. Kalian bisa cek di sini untuk informasi lebih lanjut. Selanjutnya kita akan diminta untuk memasukan nama, tanggal lahir, kewarganegaraan, nomor paspor, dan memindai halaman depan paspor kita. Selanjutnya, 1 hari sebelum keberangkatan kita diminta untuk mengisi SG Arrival Card dan deklarasi e-health di aplikasi ICA. Kita cukup memilih Submit SG Arrival Card dan mengikuti langkah-langkahnya. Informasi lebih lanjut, bisa cek di sini. Jadi nantinya paspor kita tidak dicap ya, tapi cukup dengan aplikasi saja.









Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami berangkat agak pagian ke bandara untuk menghindari antrian saat di imigrasi. Tapi ternyata tak seramai yang kami pikirkan. Saat itu kami akan naik maskapai Jet Star tujuan Singapore Changi Airport. Proses boarding hingga penerbangan cukup lancar, bahkan kami mendapatkan air mineral dan kue muffin saat di pesawat. Lumayan untuk mengganjal perut.

Sesampainya di Changi, ada kejadian yang membuat saya hampir tidak bisa ke Singapura. Saat teman saya duluan masuk imigrasi, semua lancar. Pas giliran saya, tiba-tiba digiring menuju ke konter khusus. Di sini saya ditanyai tentang sertifikat vaksin booster saya. Saya tunjukan, namun masih belum cukup kata petugasnya. Dia kemudian meminta sertifikat vaksin pertama dan kedua. Saya agak kesulitan membuka aplikasi PeduliLindungi, tapi beruntung saya ingat jika saya menyimpan salinannya di galeri ponsel saya. Setelah diperiksa, saya kemudian diperbolehkan untuk keluar. Saya pikir random check, namun ternyata sertifikat yang saya unggah kurang valid. Sebab harus menggunakan sertifikat yang digunakan untuk perjalanan antar negara. Kita bisa mengkonversikannya dengan memilih negara tujuan di aplikasi PeduliLindungi.
Sesampainya di terminal kedatangan, kami kemudian mencari konter UOB untuk mengambil SIM card yang kami beli dari aplikasi Klook. Entah kenapa, saat bertanya ke petugas Tourism Board, mereka justru menunjukan arah yang berbeda. Padahal konternya jelas-jelas di sebelahnya. Kami jadi harus berputar Jewel dan beruntung ada petugas yang kemudian menjelaskan lokasinya. Kami lalu kembali ke titik awal. Haha. Tapi ya sudah, karena sudah capek kami pun segera mengambil SIM card dan memasangnya di ponsel kami.




Tujuan pertama kami adalah ke kawasan Chinatown untuk check-in di hotel. Untuk menuju ke sana, kami naik MRT melalui T3. Tapi sebelumnya kami membeli EZ link card dulu. Kenapa akhirnya membeli? Karena saya punya pengalaman buruk dengan menggunakan kartu Jenius di perjalanan saya ke Singapura sebelumnya. Jadi pilih yang aman dengan membeli kartu ini. Lucunya kami berdua mendapat kartu bergambar Winnie the Pooh. Haha.

Akhirnya kami sampai di Chinatown setelah transit dua kali di Tanah Merah dan Outram Park. Kami segera check-in di Hotel 1888 Collection dan menyerahkan deposit sebesar SGD100. Kamarnya bisa dibilang cukup untuk kami berdua. Ya meski tidak terlalu besar, tapi bersih dan nyaman. Toh kami hanya pakai untuk istirahat saja. Tak lama kok terasa lapar, kami lalu berkeliling sekitar hotel dan menemukan Liao Fan Hawker Chan di Smith Street, yang berada di belakang hotel.







Restoran Berbintang Michelin Termurah di Dunia
Jadi, Liao Fan Hawker Chan ini dicap sebagai restoran berbintang Michelin dengan harga makanan termurah. Didirikan oleh Chan Hong Meng dan menjadi gerai makanan yang terkenal karena nasi ayamnya atau soya sauce chicken rice. Dia dulu adalah seorang anak petani yang tinggal di Malaysia. Ia menemukan bakat memasaknya saat berusia 15 tahun saat merantau ke Singapura untuk mencari uang. Ia sempat bekerja selama 7 tahun di sebuah restoran dan akhirnya ia membuka gerai makanan di kawasan Chinatown, Singapura pada 2009. Sebelum namanya sekarang, dulu kios ini namanya Liao Fan Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice & Noodles.






Usaha makanan yang dirintis Chan Hong Meng di pinggir jalan Chinatown ini semakin berkembang. Pada Juli 2016 kiosnya mendapat predikat “The World First Hawker Michelin-starred Meal” yakni penghargaan untuk penjaja makanan pinggir jalan terbaik dan “The Cheapest Michelin-starred Meal In The World” karena menjual makanan dengan harga termurah di dunia. Kios ini lalu masuk ke dalam panduan Michelin Singapura pada 2016 dan mendapatkan predikat satu bintang Michelin. Saking suksesnya, dia tak lagi berjualan di pinggir jalan lagi tapi di sebuah bangunan yang juga di kawasan Chinatown.


Dulu makanan di gerai ini dijual seharga SGD2.50 atau setara Rp26.000 dan terkenal di kalangan warga lokal. Chan Hon Meng berusaha mempertahankan resep rahasia nasi ayamnya dan menggunakan metode memasak yang tidak berubah sejak berdiri pada 2009. Meski dibilang murah, tapi kalau menurut saya sih cukup mahal. Haha. Kemarin saya memesan seporsi soya sauce chicken rice dengan harga SGD6.80 atau setara Rp72.000. Tapi karena enak, jadi cukup sepadan dengan yang harus dibayarkan. Sayangnya, dalam panduan Michelin Singapura yang dirilis pada 1 September 2021, kios ini tidak lagi masuk dalam daftar tersebut. Tapi tetap saja sih, restorannya tetap ramai. Oya, menunya ada yang non-halal ya, jadi jangan lupa untuk membaca dengan teliti menunya.
Menyaksikan Konser Sigur Ros di Star Theatre
Setelah makan, kami segera bergegas kembali ke hotel untuk mandi dan istirahat sebentar. Sekitar jam 4 sore, kami naik MRT ke stasiun MRT Buona Vista untuk menuju ke The Star Performing Arts Centre yang berada di The Star Vista. Nah, ada yang menarik dari tempat konser Sigur Ros di Singapura ini. The Star Vista merupakan pusat perbelanjaan dengan desain yang sangat unik hasil rancangan Andrew Bromberg. Mall yang dibuka pada 2012 ini juga mendapatkan penghargaan Green Mark Gold dari Singapore Building and Construction Authority. Kalau kita melihat bangunan di salah satu sisi akan tampak simetris, tapi jika dilihat dari sisi lainnya akan tampak seperti bangunan yang tidak stabil. Mall ini terbilang enak untuk duduk-duduk santai karena open air dan teduh, selain itu bagian atasnya ada semacam balkon untuk melihat pemandangan di sekitar The Star Vista.






Sebelum masuk ke area konser, kami makan dulu di The Star Vista. Saya membeli pork belly rice, sedangkan teman saya membeli fishball noodles. Jam 6 sore, antrean mulai panjang. Tapi karena nanti duduknya sesuai nomor di tiket, jadi saya tidak terlalu terburu-buru ikut mengantre. Malah duduk-duduk dulu sambil menikmati angin sore di area balkon The Star Vista. Melihat antrean penonton yang mulai masuk ke dalam, akhirnya saya berpamitan dengan teman saya untuk ikut masuk. Ia lalu kembali ke hotel kami.



Tepat jam 8 malam, band asal Reykjavík ini muncul di panggung, ditambah dengan tata cahaya serba merah. Selama 3 jam, Sigur Ros membawakan dua set yang terdiri dari 18 lagu. Bisa langsung mendengar suara Jonsi secara langsung dengan suara falsetto-nya itu bikin saya merinding. Lagu-lagu familiar seperti Glósóli, Ekki múkk, dan Sæglópur dibawakan oleh mereka malam itu. Sayangnya mereka tidak membawakan Hoppipolla. Tapi tetap saja sih, malam itu kayak semacam selebrasi. Penutupnya mereka membawakan Popplagið yang bikin makin pecah!






Pas pulang, saya niatnya mau beli merchandise-nya. Tapi karena harus cashless, jadi tidak jadi membeli. Padahal ternyata bisa pakai kartu kredit saya. Duh, padahal ingin beli posternya. Ya sudah, bukan jodohnya buat membeli. Malam itu saya agak buru-buru untuk keluar gedung konser, karena takut ketinggalan kereta terakhir. Beruntung banget, saya sampai di stasiun MRT Buona Vista sekitar jam 11.30 malam, jadi masih dapat kereta. Setelah satu kali transit, akhirnya sampai di Chinatown. Sesampainya di hotel, langsung mandi dan istirahat.



Besok kita akan seharian bermain di Universal Studios Singapore. Jadi nggak sabar buat besok. Penasaran kayak apa sih perjalanan besok? Tunggu di cerita selanjutnya ya!