26

Awalnya saya tak tahu harus menulis apa untuk hari ulang tahun saya sendiri. Mungkin jadi terkesan “terpaksa” demi sebuah memoir kehidupan yang harus ditorehkan dalam sebuah tulisan. Tapi tak apalah, mungkin saya harus menuliskan sesuatu yang “berarti” untuk hidup saya di usia 26 tahun ini. Baiklah, kita mulai dengan perjalanan saya setahun terakhir ini.

Terakhir saya tercatat sebagai seorang marketing and communication di sebuah perusahaan clothing line milik seorang selebriti (yang akhir-akhir ini menjadi sorotan atas bocornya video seksnya) dan saya menganggapnya sebagai sebuah pekerjaan yang 50:50 (ada banyak hal yang menyenangkan sekaligus menyebalkan). Ya, meski demikian saya tetap mempertahankannya dengan dalih “kalo gue berhenti, trus yang bayar kost gue siapa?” atau dengan dalih-dalih lainnya. The show must go on.

Diantara kepenatan dan keriangan menjalani pekerjaan saya, ada teman-teman sekantor yng ternyata menjadi “malaikat pelindung” untuk saya. Meski saya tahu jika mereka juga sedang mencari “malaikat pelindung” untuk diri mereka sendiri. Banyak hal yang sudah mereka lakukan untuk saya, terutama saat saya diam-diam bolos untuk sekedar mengejar “kesempatan” di ladang yang lain. Dan mereka benar-benar “malaikat pelindung” saya setelah Gabriel, Mikael dan Rafael.

Bicara tentang malaikat pelindung, saya jadi ingat dengan kebiasaan baru saya untuk menjalani doa “bunda penolong abadi” yang saya lakukan setiap jam tiga pagi. Sebuah kebiasaan baru yang penuh dengan usaha keras. Bayangkan saja, bangun jam tiga pagi itu adalah hal baru untuk saya, kecuali tidur jam tiga pagi itu justru bukan hal baru lagi untuk saya. Tapi ternyata usaha saya tidak sia-sia, Sang Maha Kuasa akhirnya meloloskan impian saya untuk bergabung dengan perusahaan media massa (ternama) dan sekaligus menjadi hadiah ulang tahun paling luar biasa untuk saya di tahun ini.

Lalu kenapa hal itu menjadi hadiah paling luar biasa? Setahun belakangan saya memang sedang menjadi pekerjaan yang “sesuai” dengan bakat dan kemampuan saya. Bisa dibilang saya kangen dengan dunia jurnalistik yang dulu saya geluti (apalagi saya kuliah dibidang jurnalistik pula). Suatu ketika seorang teman memberitahukan sebuah lowongan pekerjaan, awalnya sih saya agak ragu-ragu tapi akhirnya saya coba untuk mengirimkan surat lamaran via email. Ternyata gayung pun bersambut, saya dipanggil dan mengikuti sejumlah tes yang cukup berat. Hingga pada akhir bulan Mei yang lalu, berita baik itu datang dan menjadi kejutan yang luar biasa di hari (yang waktu itu saya anggap) buruk.

Berita baik ini sekaligus menghentikan langkah saya untuk terus “mengabdi” bersama empat bos saya. Akhirnya saya pamit kepada mereka satu per satu yang ternyata di luar dugaan saya, mereka menyetujui pengunduran diri saya yang terkesan cepat. Masing-masing punya ekspresi yang berbeda saat saya mengajukan surat pengunduran diri, tapi yang paling berkesan adalah saat saya pamit dengan bos utama saya, yang tak lain adalah sang selebriti. Kebetulan hari itu adalah “hari buruk” untuk dirinya, tapi dengan senyum dia merestui pengunduran diri saya dan berjanji memberikan surat referensi untuk saya. “Nah, gini dong. Kan enak, kalo lo resign karena lo dapet yang lebih bagus dari sini.” Begitulah kira-kira katanya saat saya akan berpamitan pulang. Saya tahu dia punya banyak masalah dan banyak hal yang buruk, tapi saya tetap berdoa untuk hidupnya. Saya tahu akan ada jalan yang terbaik untuk masalah yang menimpanya sekarang.

Berpamitan dengan para bos juga menandakan dimulainya perjalanan saya untuk menuju kampung halaman. Selain untuk meminta restu kedua orang tua, saya juga ingin nyekar ke makam kakak saya yang meninggal tepat dua tahun yang lalu. Saya selalu menangis jika saya mengingat saat-saat itu. Tapi saya selalu yakin jika kakak saya sekarang tinggal ditempat yang sangat nyaman dan dia bahagia di sana. Mungkin karena doa dia juga yang membuat saya akhirnya mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan. Dua tahun yang lalu saya mendapatkan hadiah yang menyedihkan, tapi tahun ini saya mendapatkan hadiah yang paling membahagiakan dari kakak saya. Terima kasih Mas Bayu.

Fiuuuh, ternyata panjang juga tulisan saya ini. Semoga ini menandakan jika perjalanan hidup saya akan semakin panjang juga. Terus berjalan untuk meraih apa yang saya inginkan dan tentunya membahagiakan kedua orang tua saya. Yah, bertambah satu angka lagi dalam hidup saya, semoga bertambah pula kedewasaan saya, bertambah terus keimanan saya dan bertambah pula kebahagiaan untuk saya dan orang di sekitar saya. Amin.

Selamat bertambah satu.

2 thoughts

  1. selamat mengarungi perjalanan di dunia baru ya 🙂 mungkin nggak baru karena ini memang dunia yang kamu pelajari yah, ya
    btw, sampai sekarang saya masih kagum dengan ritual doa jam 3 pagimu.. semoga bisa terus konsisten
    great luck 🙂

    Like

    1. yes darling, the journey still on… 🙂

      walau beda dunia tapi tetap harus diarungi, semoga hal yang sama terjadi dengan kamu…

      selamat mengarungi dunia… 😀

      Like

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s