Matahari memang tampak tak bersahabat siang itu, tapi tak apalah. Cuaca yang cerah malahan membuat jalan-jalan saya dengan teman saya menjadi lebih bersemangat (dan makin berpeluh keringat tentunya). Setelah puas mengelilingi Museum Nasional, teman saya lalu mengajak ke Festival Flona, yang berlangsung di Taman Lapangan Banteng. Kami memutuskan untuk berjalan menuju ke sana (setelah melihat antrian halte transjakarta yang tampak begitu panjang).
Festival flora dan fauna yang satu ini selalu diadakan setahun sekali di taman ini. Sudah beberapa kali festival ini dibuka, tapi baru kali ini saya mengunjunginya. Lalu apa isinya? Sudah pasti semua hal yang berkaitan dengan dunia flora dan fauna. Jika memasuki Taman Lapangan Banteng dari sisi samping Hotel Borobudur, Anda akan langsung disambut dengan sebuah pintu masuk yang terdiri dari tiga lingkaran dan sebuah kepik raksasa yang menempel di logo Flona. Uniknya lagi, di pelataran tengah Anda menemukan taman cantik yang di tengahnya terdapat sebuah jembatan bambu.
Baru kali ini Taman Lapangan Banteng tampak begitu cantik. Padahal sehari-harinya selalu penuh dengan muda-mudi yang berolahraga. Sebenarnya, di dalam festival ini lebih banyak didominasi oleh stan-stan flora. Jadilah, warna hijau mendominasi sepanjang jalanan di dalamnya. Tentu banyak pula kita temui beragam tanaman buah, tanaman obat-obatan dan tanaman hias dengan warna-warna yang cerah. Stan yang menarik buat saya adalah stan kaktus dan anggrek. Melihat warna-warni bunganya membuat saya ingin membelinya (tapi untuk apa pula membelinya, siapa juga yang akan merawatnya).
Oya, selain itu juga ada beberapa stan pemerintah kota yang menampilkan beragam tanaman. Uniknya, stan mereka dirancang sedemikian rupa agar tampil beda dengan bangunan yang mirip dengan bangunan khas yang ada di daerah mereka.
Tak hanya flora, di sini Anda juga akan menemui beragam stan fauna juga. Kebanyakan yang ditawarkan adalah binatang-binatang peliharaan mulai dari ikan hias, kelinci, marmot hingga ayam hias. Ada pula yang menjual kera anakan dan juga anjing-anjing ras unggul. Salah satu stan yang cukup ramai adalah stan yang menjual keong hias. Bagaimana tidak ramai, anak-anak pasti tertarik dengan rumah keong yang dicat warna-warni.
Hari itu, ternyata juga ada Festival Passer Baroe. Berhubung saya dan teman saya sudah cukup puas berkeliling, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju kawasan Pasar Baru. Memang tak terlalu jauh, beruntung sudah menjelang sore jadi tak terasa panas. Festival tahunan ini sudah menjadi agenda penting yang tak boleh dilewatkan. Soalnya Anda juga akan dimanjakan dengan aneka diskon yang ditawarkan oleh toko-toko yang ada di dalam kawasan perbelanjaan tertua di Jakarta ini.
Oya, dalam festival ini pula Anda dapat menyaksikan Lomba Perahu yang berlangsung di kali depan kawasan Pasar Baru. Sayangnya, mungkin karena sudah sore jadi kami tak sempat menyaksikannya. Kami sempat mampir sebentar di sebuah kafe yang terletak berdekatan dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara. Setelah sejenak beristirahat, kami kemudian melanjutkan jalan-jalan kami ke dalam kawasan Pasar Baru.
Setiap toko di dalamya ternyata sudah banyak yang memasang spanduk dan umbul-umbul yang menawarkan beragam potongan harga khusus. Uniknya, di tengah-tengah jalan terdapat pameran lukisan hasil karya komunitas seniman Pasar Baru. Anda juga bisa membuat karikatur Anda sendiri ataupun dari foto. Sebab ada beberapa seniman yang menawarkan jasanya di tengah-tengah lokasi pameran.
Tak hanya itu, festival ini juga menyajikan beragam kuliner di sepanjang kawasan Pasar Baru. Mulai yang tradisional seperti Gudeg hingga Super Hotdog. Alhasil, saya pun tertarik membeli pecel khas Madiun di salah satu gerai. Di sini ia juga menjual mendoan yang ternyata banyak peminatnya. Tak terasa ketika kami hendak pulang, malam sudah tiba. Walau begitu, keramaian Pasar Baru tak berhenti begitu saja.
Dan setahu saya kedua festival ini diadakan dalam rangka ulang tahun Jakarta yang ke 484 tahun. Sebenarnya, saya ingin datang ke Pekan Raya Jakarta di Kemayoran. Namun, mengingat waktu yang terbatas akhirnya cukup dua festival ini saja. Ya, setidaknya saya sudah ikut merasakan kemeriahan ulang tahun ibukota ini. Semoga kian tertata, kian dicinta kalau begitu. Cheers!
One thought