Film yang satu ini sangat ikonik sekali. Lucunya, saya baru menontonnya setelah beberapa kali menyaksikan film dari Studio Ghibli yang lain. Saya akhirnya menonton karena penasaran dengan kisah Totoro, si monster penunggu hutan yang tampak lucu dan friendly ini. Bahkan si Totoro ini selalu muncul di awal film-film Ghibli (ya, Totoro menjadi ikon dari Ghibli dan bisa disebut sebagai logo dari perusahaan animasi dari Jepang ini). Pastinya dibandingkan karya klasik Hayao Miyazaki lainnya, Totoro sangat melekat di hati pencinta film-film Ghibli. Jadi, yuk kita berpetualangan ke dalam hutan dan bermain dengan Totoro!
Sebenarnya tidak ada yang ceria dalam film ini, bahkan getir sekali menontonnya (walau ada banyak tawa dari karakter anak-anak dalam film ini). Adegan dibuka dengan datangnya keluarga profesor Tatsuo Kusakabe bersama kedua putrinya, Satsuki dan Mei ke sebuah pedesaan. Kepindahan mereka sebenarnya dikarenakan ibu mereka, Yasuko, sedang dirawat di rumah sakit (seperti sanatorium) yang dekat dengan desa tempat mereka tinggal sekarang.
Anak-anak yang baru pindah ke rumah baru mereka tampak sangat antusias. Banyak hal lucu yang dilakukan oleh Mei (si bungsu) yang membuat kita tertawa. Oya, ini salah satu kelebihan Miyazaki. Dia mampu membuat karakter anak-anak sedemikian akuratnya, setiap gerakan dan mimik wajahnya begitu detil. Mulai ketika dia tertawa hingga tiba-tiba menangis.
Kembali ke cerita. Rumah baru yang mereka tinggali ini ternyata dihuni oleh susuwatari atau sejenis roh penunggu rumah berbentuk kecil mirip debu. Bukannya menjadi takut, keduanya malah berusaha mencarinya hingga ke atas loteng rumah. Nah, selain si susuwatari selanjutnya kita mulai diajak dengan bertemu dengan roh-roh “lucu”lainnya. Suatu ketika, Mei yang bermain sendirian di halaman rumah bertemu dengan dua roh yang berbentuk semacam kelinci. Sadar jika ada manusia yang mengikutinya, keduanya lari ke dalam hutan sambil dikejar Mei hingga sampai di dasar pohon kamper. Di sinilah Mei bertemu dengan Totoro untuk pertama kalinya.
Mei sendiri mencoba menunjukkan si Totoro ini kepada ayah dan kakak perempuannya, tapi dia beberapa kali tidak bisa menuju “sarang” Totoro. Hingga suatu malam, saat hujan Satsuki dan Mei menunggu bus yang ditumpangi ayahnya datang, mereka bertemu dengan sosok raksasa Totoro. Kalau boleh dibilang sih, ini agedan yang paling diingat semua orang. Totoro yang menunggu bus dengan dipayungi selembar daun di kepalanya. Lalu datanglah roh lainnya, si Bus Kucing raksasa yang ternyata tumpangannya si Totoro.
Cerita berikutnya tambah getir karena tiba-tiba Satsuki mendapat kabar dari rumah sakit dan ayahnya sedang berada di kota. Lalu Mei juga tiba-tiba menghilang (tersesat lebih tepatnya). Makin kisruh karena ditemukan sandal yang mirip milik Mei di sebuah kolam. Satsuki lalu berdoa di depan pohon kamper meminta bantuan Totoro dan datanglah si Bus Kucing membawa Satsuki ke tempat Mei berada.
Kegetiran kisah dalam kisah ini makin diperparah dengan banyaknya intrepretasi tentang kondisi kedua anak perempuan ini. Banyak blog yang berspekulasi kalau film ini diinspirasi dari kasus pembunuhan dua bersaudari yang terjadi di Sayama, Saitama. Walau tidak sepenuhnya benar, kasus pembunuhan tersebut terjadi di bulan Mei ini juga dikaitkan dengan dua nama karakter film ini, Satsuki – yang artinya bulan Mei di Jepang dan Mei yang tentu artinya bulan Mei. Entah kebetulan atau memang disengaja.
Bahkan Totoro disebut-sebut sebagai dewa kematian. Siapa yang melihatnya berarti sudah dekat maut atau sudah mati. [SPOILER] Dalam film ini ada kejadian ketika Mei menghilang dan sandalnya ditemukan di sebuah kolam, sebenarnya Mei tenggelam. Ketika Satsuki ditanya tentang sandal milik Mei, dia tidak bisa menghadapi kenyataan dan berbohong. Satsuki kemudian memanggil Totoro alias si dewa kematian – di mana artinya dia meminta kematian untuk dirinya sendiri. Berkat bantuan Totoro, Satsuki dapat bertemu dengan saudarinya yang meninggal dan bersama-sama menuju ke rumah sakit tempat ibu mereka dirawat. Di sana, ibu mereka merasa jika keduanya hadir di sana, di mana sang ibu juga akan segera meninggal. Oya, di adegan terakhir Satsuki dan Mei dikatakan sudah tidak punya bayangan (ummm, iya sih tapi tidak sepenuhnya benar kalau menurut saya dan sudah disanggah oleh pihak Ghibli).
Okay. Walau cerita di balik film ini cukup horor, tapi My Neighbor Totoro tetap asik dan aman ditonton bersama anak-anak. Hehe.
To-to-ro? You’re Totoro!… I bet you’re Totoro…
Country : Japan
Director : Hayao Miyazaki
Cast : Noriko Hidaka, Chika Sakamoto, Shigesato Itoi