Jangan salah kira dengan kata “princess” yang menjadi judul film ini. Pastinya bukan film princess-princess-an yang kebanyakan isinya tentang putri yang cantik dan bisa menyanyi dengan merdu. Atau bahkan jangan mengira jika film ini cocok untuk anak-anak, sebab ada banyak adegan-adegan yang terlalu sadis untuk disaksikan oleh anak-anak di bawah umur. Princess Mononoke adalah sebuah film epik kepahlawanan tentang seorang pangeran dan juga gadis yang dibesarkan oleh serigala di hutan keramat. Mononoke sendiri artinya monster atau roh dalam bahasa Jepang.
Film animasi ini berlatar belakang periode Muromachi, berfokus pada periode di mana senjata mesiu mulai menggeser senjata tradisional (cmiiw). Diceritakan, Pangeran Ashitaka berhasil membunuh monster – yang ternyata dewa babi hutan – sebelum mencapai desa Emishi, tempat tinggalnya. Sayangnya, tangan sang pangeran terkena kutukan dari sang monster sehingga membuatnya memiliki kekuatan “super” dan sisi lain bisa menyebabkan dirinya mati.
Untuk mematahkan kutukannya, Ashitaka harus menuju ke daerah barat di mana si dewa babi hutan berasal. Bersama Yaku, rusa hutan tumpangannya, Ashitaka melakukan perjalanan ke barat dan takdirnya tidak memperbolehkan dirinya kembali ke desanya. Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan seorang rahib bernama Jiko-bo (yang sekilas kelakuannya seperti bocah tua nakal). Jiko-bo mengatakan bahwa Ashitaka bisa meminta bantuan Roh Hutan – mahkluk mirip Kirin saat siang dan menjadi “penjelajah malam” atau nightwalker saat malam – untuk menghilangkan kutukannya.
Di dekat hutan, Ashitaka melihat rombongan dari Irontown pimpinan Lady Eboshi yang diserang segerombolan serigala. Di salah satu serigala, ada seorang gadis bernama San yang turut menyerang rombongan Lady Eboshi. Ashitaka berhasil menolong salah satu anggota rombongan dan mengantarkannya ke Irontown. Di sana Ashitaka mendapati jika Lady Eboshi membangun desa itu dengan membabat hutan untuk mendapatkan pasir besi yang dijadikan bahan untuk membuat senjata. Di sisi lain, Lady Eboshi mempekerjakan penderita lepra dan mantan pelacur di peleburan bijih besi miliknya. Melalui Eboshi, Ashitaka akhirnya mengetahui asal-usul monster yang hampir menyerang desanya. Lady Eboshi yang telah menembangkan peluru ke dewa babi hutan, Nago sehingga mengubahnya menjadi monster penuh kutukan. Ashitaka juga mendapati jika San adalah gadis yang sejak kecil diasuh oleh gerombolan serigala putih pimpinan Moro.
Saat San menyerang Irontown, Ashitaka berhasil mencegahnya dan pergi bersama San dari desa itu. Kemudian dia bertemu dengan Roh Hutan yang memiliki wajah lumayan menyeramkan (seperti rusa berwajah manusia). Keadaan lalu menjadi ruwet ketika dewa babi hutan yang buta, Okkoto ingin menyerang Irontown untuk menyelamatkan hutan. Lady Eboshi dan juga Jiko-bo (yang bekerja untuk pemerintahan) ternyata telah bersiap-siap menyerang hutan. Di sisi lain, Jiko-bo rupanya ingin memenggal kepala Roh Hutan untuk diberikan kepada kaisar karena diyakini bisa membuat seseorang akan hidup selamanya. Jiko-bo rupanya berhasil memenggal kepala Roh Hutan sehingga membuat murka Roh Hutan.
[SPOILER] Pada akhirnya Ashitaka berhasil mengembalikan kepala Roh Hutan. Semua penduduk Irontown selamat dan hutan kembali seperti semula. Lady Eboshi pun bertobat dan berjanji akan membangun desa yang lebih baik.
Nah, kalau film yang satu ini sangat menyingung tentang lingkungan hidup khususnya hutan. Ada adegan di mana mahkluk-mahkluk hutan (mirip orang utan) berubah menjadi roh yang haus darah karena hutan yang mereka tinggali dibabat habis oleh manusia. Demikian pula dengan keserakahan manusia yang diwakili oleh Lady Eboshi yang menyebabkan alam menjadi “marah”. Termasuk bagaimana efek dari “modernisasi” yang diwakili senjata berbahan mesiu. Kalau kita mengeksploitasi alam dengan membabi-buta maka suatu ketika alam membalasnya.
NB: Film ini tidak cocok untuk anak-anak, karena banyak adegan berdarah hingga tubuh manusia yang terpenggal.
Survive.
Country : Japan
Director : Hayao Miyazaki
Cast : Yoji Matsuda, Yuriko Ishida, Yuko Tanaka