JAKARTA: Jelajah Kuliner Pecinan Glodok

Beberapa kali berkunjung ke daerah Pecinan di Glodok, saya sempat mencicipi kuliner khas peranakan maupun yang sudah melegenda di daerah ini. Saya pikir, kenapa tidak saya coba kumpulkan dan jadikan satu tulisan tersendiri tentang kuliner yang ada di daerah ini. Oya, tidak semua makanan yang saya cicipi ini halal. Nanti akan saya berikan keterangan khusus untuk makanan-makanan yang halal juga.

Titik-titik kuliner Pecinan tersebar dari Gang Gloria, Petak Sembilan, Gang Kalimati, dan Jalan Pancoran, serta sekitar area Glodok. Ada yang sudah bertahun-tahun berjualan, ada yang baru dibuka, dan ada juga yang hilang-timbul. Saya akan kelompokan berdasarkan lokasinya ya, dan semoga bisa jadi referensi bagi yang ingin mencicipi berbagai kuliner di Glodok.

A. Gang Gloria

Gang sempit yang disesaki oleh lapak para pedagang ini sebenarnya adalah Jalan Pintu Besar Selatan III. Namanya lebih dikenal dengan sebutan Gang Gloria karena dulunya di sebelah gang ini terdapat sebuah gedung perbelanjaan bernama Gloria. Sayangnya pada tahu 2010 habis terbakar dan kemudian kini dibangun menjadi pusat perbelanjaan baru, Pancoran Chinatown Point. Pedagang makanan di gang ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia. Banyak yang berjualan secara turun-temurun. Ada banyak gerai makanan di sini, bahkan kita bisa bingung akan memilih yang mana. Di perjalanan pertama saya, gerai-gerai ini yang sempat saya datangi.

Kari Lam (Sapi/Ayam)

Gerai makanan yang ada di ujung Gang Gloria ini sudah ada sejak tahun 1973. Mulanya gerai ini berasal dari Medan. Ketika berjualan di Gang Gloria, sudah tiga kali pindah tempat dan sekitar tahun 1990an pindah ke tempat yang sekarang ini. Nama “Lam” diambil dari nama pemiliknya, yaitu Alam. Jadi Kari Lam berarti kari si Alam. Kini gerainya dikelola oleh Akiong, anak Alam.

Di sini kita bisa memesan kari ayam atau sapi, bisa dengan nasi atau bihun. Kalau suka, bisa juga ditambahkan dengan darah ayam atau didih. Kari buatan gerai ini memang sudah sangat melegenda rasanya. Dibuat dengan racikan kuah santan khas Tionghoa-Medan yang disebut mlekoh. Saya pernah mencicipi kari ayam maupun kari sapi, rasanya sama-sama enak. Saran saya, pesan menggunakan bihun. Serasa makan bihun kari kental. Kebetulan saya juga suka dengan darah ayam beku atau didih, jadi saya selalu minta ditambahkan ke dalam pesanan saya.

Jam buka: 9 pagi – 4.30 sore

Harga: Kari sapi Rp47.000, darah ayam Rp5.000

Mie Kangkung & Siomay Si Jangkung

Masih satu kawasan dengan Kari Lam, ada satu menu yang jadi favorit Presiden Soeharto. Mie Kangkung Si Jangkung ini berdiri sejak tahun 1950-an. Mie kangkung ini terdiri dari mie kuning, kangkung, dan suwiran daging ayam. Mienya mirip dengan mie Aceh. Selain itu kuahnya rasanya manis dan kental karena ada tambahan sagu. Saat akan menyantap, jangan lupa untuk menambahkan perasan jeruk nipis di atasnya.

Oya, ternyata mie dimasak setengah matang sebelum dicampur dengan kangkung. Sehingga mie dan kangkungnya tidak jadi lembek. Suwiran ayam yang dimasak semur juga membuat perpaduan mie kangkungnya gurih, manis, asam yang segar. Selain mie kangkung, di sini juga bisa memesan siomay. Namun saya belum pernah mencobanya karena menu andalan gerai ini adalah mie kangkungnya.

Jam buka: 9 pagi – 4 sore

Harga: Mie kangkung Rp30.000,-

Kopi Es Tak Kie

Kedai yang satu ini pastinya sudah banyak yang mengenalnya. Tapi seumur-umur saya baru sekali datang ke kedai ini. Selain karena malas antri, saya memang bukan penggemar kopi. Namun akhirnya saya mencoba menyempatkan untuk ke kedai ini, karena momennya pas. Tidak terlalu ramai. Kopi Es Tak Kie ini didirikan pada tahun 1927 oleh Liong Kwie Tjong. Awalnya hanyalah kedai kopi di Petak Sembilan. Baru pada generasi kedua yang bernama Liong Tjoen, kedai ini menempati tempat yang sekarang di Gang Gloria.

Nama Tak Kie berasal dari kata ‘tak’ yang artinya orang yang bijaksana, sederhana, dan apa adanya. Sementara kata ‘kie’ sendiri memiliki arti mudah diingat banyak orang. Racikan es kopi yang sekarang ini baru tercipta pada 1976 oleh generasi ketiga yang bernama Ayauw. Menu yang ditawarkan hanya dua, yaitu kopi hitam dan kopi susu. Kopi hitamnya menggunakan kopi Robusta dari Lampung, sedangkan untuk kopi susu konon menggunakan susu kental manis merk tertentu agar rasanya terus sama. Selain kopi, kita juga bisa memesan makanan seperti bakcang, nasi campur, pangsit kuah, bakmi ayam, dan locupan. Kita bisa membeli beberapa makanan yang dijual di luar kedai untuk dimakan di dalam kedai. Lalu bagaimana rasanya? Kalau saya sih biasa aja, rasanya tidak terlalu kuat. Jadi saya masih bisa menikmatinya. Untuk kopi susunya juga ringan, terbilang masih enak.

Jam buka: 6 pagi – 2 siang

Harga: Kopi Hitam Dingin Rp22.000, Kopi Susu Dingin Rp25.000, Sate Babi (5 tusuk) Rp45.000, Roti Keju Rp23.000

Bonus: Vinlin’s Japanese Cotton Bread

Untuk roti yang satu ini, kebetulan teman saya, Adesti pernah mencobanya saat ke Kopi Es Tak Kie. Katanya hanya dijual di sini, namun setelah saya cek ternyata roti Vinlin’s juga bisa didapat melalui e-commerce. Kebetulan karena Adesti pernah mencicipinya, kami memilih roti yang jadi favoritnya, yaitu rasa keju. Setelah saya coba, rotinya lembut sekali dan gak bikin seret. Pas banget untuk teman minum kopi. Saya sebenarnya penasaran dengan rasa yang lainnya. Berhubung tidak mau terlalu kenyang, lain kali saya akan datang lagi ke sini untuk membeli varian yang lainnya. Untuk e-commerce-nya bisa dicek di akun Instagram mereka ya.

Nasi Campur Atak – Non Halal

Lokasi nasi campur ini tepat berada di depan Kopi Es Tak Kie. Penjualnya seorang bapak-bapak tua bernama Koh Atak. Dia berjualan nasi campur sejak tahun 1950an di Gang Gloria. Gerainya memang tak ada plang nama, hanya menu-menu yang dia jual. Orang kemudian sering menyebut Nasi Campur Atak karena nama penjualnya.

Di sini kita bisa memesan nasi campur (yang tentunya non halal ya), bisa dengan nasi putih biasa atau nasi hainam. Kalau saya sih pesan yang nasi hainam, karena lebih gurih. Karena gerainya di depan kedai kopi, kita bisa makan di dalam kedai. Nanti Koh Atak yang akan mengantarnya ke dalam. Isi nasi campurnya terdiri dari char siusamcan babi, ayam rebus, telur, hati ayam, sate babi dan potongan mentimun. Nasi campur ini juga dilengkapi dengan kuah sayur asin dan bakso. Nasi hainamnya ada warna kuning, mungkin ada penambahan bumbu seperti kunyit. Secara keseluruhan rasanya cukup enak, tidak yang luar biasa.

Jam buka: 10 pagi – 10 malam

Harga: Nasi campur hainam dan kuah bakso Rp50.000,-

Bakmi Amoy – Non Halal

Lanjut ke gerai sebelah kedai kopi, di sini ada bakmi yang cukup melegenda. Dulu ketika pertama kali menginjakan kaki ke Pecinan, bakmi ini yang pertama kali saya coba. Pemiliknya adalah Cik Amoy, dia sudah berjualan bakmi di Gang Gloria sejak tahun 1981. Saking melegendanya, setiap orang pasti ingin kembali lagi mencicipi bakmi buatannya.

Meski menjual banyak menu, tapi menu yang jadi andalan adalah bakmi campur dan bakso gorengnya. Bakmi campurnya berisi bakmi yang lembut dengan taburan irisan daging babi kecap, char siu dan samcan, dengan kuah kaldu. Nah, yang lebih enak lagi adalah taburan kulit babi kering yang bisa ditaburkan sepuasnya. Hehe. Kalau bakso gorengnya, ini juga selalu jadi andalan jika mampir ke Bakmi Amoy. Bakso goreng berukuran cukup besar disajikan dalam potongan yang lebih kecil. Kulit bakso gorengnya cukup renyah dan tekstur di dalamnya terasa lembut. Bisa dinikmati dengan cocolan sambal khusus untuk bakso goreng. Lebih baik pesan dua, karena satu saja tidak cukup. Hehe.

Jam buka: 9 pagi – 4 sore

Harga: Bakmi campur Rp35.000,- dan bakso goreng Rp10.000

B. Toasebio

Kawasan yang berada di Jalan Kemenangan III ini juga banyak ditemukan makanan-makanan khas peranakan. Bisa kita temukan mulai dari ujung jalan dekat Altar Pak Kung hingga ke belokan dekat kelenteng Toasebio . Berhubung perut masih kenyang, saya hanya sempat mampir ke satu gerai saja. Lain kali akan saya sambangi dan mencicipi makanan lainnya yang ada di kawasan ini.

Es Jeruk Murni Hegar Mandiri

Pedagang es jeruk ini bisa kita temui tak jauh dari Kelenteng Toa Se Bio, atau berselahan dengan Alfamart. Minuman yang dijual terdiri dari es jeruk peras murni dan es jeruk kelapa muda. Mungkin gerai serupa banyak ditemui di kawasan Pecinan.

Memang tak ada yang istimewa, namun tentu sayang jika dilewatkan. Segelas es jeruk kelapa muda disajikan dalam gelas yang cukup besar. Gula yang dipakai juga gula murni, jadi rasanya manis dan segar.

Jam buka: well, lupa nanya. haha. nanti akan ditanyakan lagi ya, jika mampir ke sini 🙂

Harga: Es jeruk Rp8.000,- dan es jeruk kelapa muda Rp10.000,-

C. Gang Tian Liong/Gang Kalimati

Selain Gang Gloria, gang sempit yang satu ini juga menjadi primadona bagi yang ingin berwisata kuliner. Namanya adalah Gang Tiang Liong/Gang Kalimati. Gang ini sebenarnya adalah Jalan Pancoran V. Namanya sendiri berasal sebuah toko alat rumah tangga legendaris yang bernama Tian Liong yang bersebelahan dengan gang ini. Toko ini sudah ada sejak tahun 1935. Di dalam gang ini bisa kita temui berbagai makanan dan minuman, bahkan ada yang sudah menjadi legenda kuliner. Beberapa kali melewati gang ini, saya malah justru belum mencicipi semua makanan yang ada di tempat ini.

A-Kin Kuo Tieh – Non Halal

Kuo Tieh adalah kudapan khas Tionghoa yang mirip dimsum, diisi daging babi cincang serta sayuran. Biasanya kuo tieh akan digoreng terlebih dulu sebelum disajikan. Di sini ada penjual kuo tieh yang cukup terkenal, yaitu A-kin Kuo Tieh. Gerai ini memang terbilang baru, karena berdiri sejak 2012. Tapi karena posisinya di pinggir gang dan mereka meracik kuo tieh secara langsung, membuat banyak orang yang kemudian tertarik untuk mencoba.

Tapi di sini hanya tersedia kuo tieh berdaging babi saja ya. Seporsi kuo tieh di sini berisi 10 buah. Biasanya banyak yang membeli untuk dibawa pulang. Tapi kali ini saya ingin mencobanya langsung makan di tempat. Untuk menikmatinya, kita bisa cocolin ke sambal yang terdiri dari racikan bawang putih cacah, cuka, sambal, kecap asin, dan kecap manis. Bisa kita racik sesuai selera. Soal rasa, memang isiannya terasa dagingnya. Baik dimakan langsung atau dicocol sambal juga sama-sama enak.

Jam buka: 9 pagi – 4 sore

Harga: Seporsi kuo tieh Rp35.000,-

Cempedak Goreng Special Cik Lina

Nama Cik Lina seakan sudah melekat dengan cempedak goreng khas Glodok. Cempedak sendiri adalah buah yang mirip dengan nangka. Namun bentuknya lebih kecil dan berwana oranye. Cik Lina sudah berjualan sejak tahun 1997. Dulunya dimulai oleh sang ibu, yang kemudian dilanjutkan oleh Cik Lina. Meski lokasinya terbilang nyempil di dalam gang, tapi pembelinya bisa sampai antri untuk bisa menikmati satu potong cempedak gorengnya. Cik Lina menggunakan cempedak yang sudah matang dan berwarna oranye sehingga rasanya manis dan wangi.

Kalau adonannya terbilang standar, tapi justru pemilihan buah cempedaknya yang membuatnya berbeda. Cempedak goreng di sini terbilang jumbo, kita bisa meminta untuk dipotong-potong agar mudah dimakan. Biasanya kita juga akan diberikan saus gula merah. Tapi kalau saya lebih memilih menikmatinya tanpa saus ini, karena rasanya sudah manis dan legit. Oya, sekarang Cik Lina sudah membuka cabang di Petak Enam. Jadi kalau mau beli langsung di tempat aslinya sudah tak begitu mengantri.

Jam buka: 10 pagi – 4 sore

Harga: Cempedak goreng Rp20.000,-

D. Petak Enam

Di Glodok ada pusat kuliner yang masih terhitung baru, yakni Petak Enam Di Chandra. Lokasinya bersebelahan dengan Gedung Chandra atau di seberang Pancoran Chinatown Point. Petak Enam baru dibuka di awal tahun 2021 ini, menempati area parkir Gedung Chandra. Di dalamnya terdapat kios-kios yang dibangun mirip dengan bangunan khas Tionghoa. Di Petak Enam kita bisa menemukan beberapa kuliner khas Glodok, seperti Cempedak Goreng Spesial Cik Lina (yang lebih ramai ketimbang tempat aslinya) dan juga gerai-gerai makanan modern. Oya gedung pertokoan Chandra adalah pusat belanja di kawasan Glodok yang kini berusia lebih dari 40 tahun.

Pieces of Peace

Tea shop & cafe ini termasuk yang jadi idola saya kalo ke Petak Enam. Selain karena saya memang suka minum teh, di sini kita bisa mencoba mencicipi berbagai teh yang diracik oleh Tea Master. Apalagi budaya minum teh tak hanya menjadi budaya masyarakat Tionghoa saja, namun juga masyarakat Indonesia. Di PoP kita bisa menikmati teh yang disajikan dalam tradisi klasik dan gaya kreatif modern. Pendiri dari Pieces of Peace adalah Hutomo Joe yang juga penikmat teh. Lalu kenapa namanya “Pieces of Peace“? Maksudnya di sini, diharapkan setelah minum teh bisa membawa ketenangan batin bagi yang meminumnya.

PoP menawarkan berbagai pilihan teh tradisional yaitu dari Indonesia, China, Taiwan, dan beberapa dari Jepang. Mulai dari teh oolong hingga teh hijau, dengan variasi lebih dari 50 minuman. Di sini juga ada teh hitam pu’er yang sudah tua (daun teh yang sudah tua dan difermentasi selama lebih dari 3 tahun atau 10 tahun). Rasanya agak ada rasa kayu yang lapuk, tapi justru ada khasiatnya untuk kesehatan kita. Mereka juga menyediakan produk teh mereka Koningsplein Co. di sini. Bahkan kalian juga bisa mencoba testernya dulu, sebelum memesannya. Ini juga yang menjadi ciri khas PoP, kita bisa menyaksikan langsung tea master yang sedang menyiapkan teh untuk kita. Mirip-mirip seperti baristra di coffee shop, mereka juga lihai memadu-padankan daun teh.

Kalau kemarin, saya memesan silver needle white tea. Bisa disajadikan dingin maupun panas. Kalau masih kurang, kita bisa meminta diseduhkan lagi sebanyak maksimal 3 kali (ini supaya rasa tehnya tetap terasa ya). Penyajian tehnya pun mirip-mirip dengan kopi. Disajikan dengan nampan dan diberikan sepotong kue kering sebagai pendamping.

Jam buka: 10 pagi – 6 sore

Harga: Silver needle white tea Rp50.000,-

Nah, ini baru sepotong kecil dari berbagai kuliner di kawasan Pecinan Glodok. Jika ingin mencicipi semuanya, tentunya harus membawa teman yang doyan makan juga. Lebih baik beli satu porsi untuk dimakan bersama. Saya akan masih menyambangi kawasan ini kembali dan mencoba makanan yang belum pernah saya cicipi. Sampai jumpa di perjalanan kuliner saya berikutnya ya!

3 thoughts

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s