

Jalan-jalan di Sudirman kalau sudah lapar, rasanya pengen berteduh dan makan. Tapi makanan yang paling cepat dibuat apa ya? Mungkin yang pertama kali muncul adalah mi instan dan merek mi instan yang paling pertama terlintas adalah Indomie. Nah pas sekali karena kita akan melewati Indofood Tower yang satu bagian dengan Sudirman Plaza.
Gedung Perusahaan Ternama Indonesia
Sudirman Plaza sendiri dibangun oleh kontraktor PT Adhi Karya. Sudirman Plaza terdiri dari dua tower yang merupakan kombinasi Indofood Tower, Plaza Marein, dan The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments. Kita akan mulai dulu dari Indofood Tower ya. Indofood Tower adalah kantor pusat Indofood Sukses Makmur Tbk. Sebagian besar ruang di gedung ini digunakan sebagai ruang kantornya dan juga anak-anak perusahaannya. Indofood sendiri didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Liem Sioe Liong atau Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Baru pada 5 Februari 1994 menjadi Indofood Sukses Makmur dengan menggabungkan 18 perusahaan-perusahaan makanan Grup Salim. Kebanyakan dari kita mungkin mengenal produk Indofood dari mi instannya, yaitu Indomie yang sudah diekspor ke lebih dari 60 negara. Tapi tahukah, sebenarnya produk pertamanya bukanlah Indomie melainkan Supermie. Mi instan pertama di Indonesia ini diproduksi pada tahun 1968, sedangkan Indomie baru pada tahun 1972.




Jika kita menghitung berapa banyak produk yang sudah dihasilkan oleh Indofood, mungkin tak akan cukup waktunya. Tapi yang mungkin dikenal antara lain Indomie, Supermi, Sarimi, Bogasari, Chiki, SUN (makanan bayi), Chitato, Jetz, dan Pop Mie. Kalau bicara tentang Indomie, kita pasti mengenal berbagai jenis rasa. Rasa pertama kali yang diproduksi adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam, namun pada tahun 1982 penjualannya meningkat karena Indomie Kuah Rasa Kari Ayam dan semakin meroket karena Indomie Mi Goreng pada tahun 1963. Sosok yang paling berjasa menciptakan aneka rasa Indomie adalah Nunuk Nuraini (yang meninggal pada 27 Januari 2021 lalu. Kurang lebih ada 60 lebih varian yang pernah diproduksi, bahkan ada beberapa varian yang hanya dijual di regional tertentu. Indomie juga dinobatkan sebagai ramen instan terbaik versi LA Times pada tahun 2019.
Beralih ke tetangga Indofood di Sudirman Plaza, yaitu Plaza Marein. Mungkin tak banyak yang tahu tentang perusahaan reasuransi ini. Bahkan PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. (Marein) yang didirikan pada 4 Juni 1953 ini merupakan perusahaan reasuransi pertama di Indonesia dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1989. Tapi apa itu reasuransi atau re-insurance? Jadi reasuransi adalah asuransi untuk perusahaan asuransi. Perusahaan ini akan memberikan perlindungan bagi perusahaan asuransi terhadap risiko asuransi dengan jaminan dari perusahaan asuransi lain (kalau di sini adalah Marein).



Oya, mungkin hanya tahu jika di Sudirman Plaza hanya ada dua tower ini. Tapi sebenarnya juga terselip sebuah hotel berbintang empat, The Mayflower Jakarta – Marriott Executive Apartments. Selain sebagai tempat penginapan, hotel ini juga merupakan apartemen eksklusif. Fasilitasnya adalah kolam renang indoor berukuran setengah kolam Olimpiade yang berada di lantai 28.
Gedung Tertinggi Lainnya di Sudirman
Sedikit berjalan ke arah selatan, ada dua gedung yang menjadi kunjungan kita berikutnya. Pertama adalah Chaze Plaza. Gedung ini dirancang oleh Gene L. Fong dari Gin Wong Associates dan strukturnya dirancang Miyamoto International dari California, AS. Gedung berketinggian 113 meter ini selesai dibangun pada tahun 1986 dan awalnya menjadi kantor cabang Chase Manhattan Bank di Indonesia. Namun karena adanya pemutusan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan JP Morgan Chase Bank, N.A. yang merupakan induk perusahaan Chase Manhattan Bank, pada tahun 2017 mengakibatkan bank ini pindah ke SCBD dan hanya menjadi kantor perwakilan saja. Meski demikian nama gedung ini tetap Chase Plaza. Gedung dengan jumlah lantai 25 ini juga dikenal dengan beberapa rumah makan lantai di lantai paling atas, yaitu restoran Jepang Sumibian yang dibuka sejak 1988 dan juga terkenal dengan restoran steak Jepang Angus House (namun kini sudah tutup).




Tepat dibelakangnya ada gedung kedua, yaitu Sinarmas MSIG Tower yang merupakan gedung tertinggi kesembilan di Jakarta. Sinarmas MSIG Tower sebelumnya juga dikenal dengan Chase Tower. Sinarmas MSIG Tower ini memiliki ketinggian 245 meter dengan 48 lantai yang berfungsi sebagai gedung perkantoran dan kantor pusat Sinarmas MSIG. Sedikit bercerita tentang sejarah Sinarmas MSIG, perusahaan ini sudah ada sejak 14 April 1985 dengan nama PT Asuransi Jiwa Purnamala Internasional Indonesia (PII). Baru kemudian berubah menjadi PT Asuransi Jiwa Sinarmas pada tahun 2007 dan PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk. pada tahun 2011 setelah adanya joint venture dengan grup asuransi raksasa Jepang, Mitsui Sumitomo Insurance Co., Ltd. Kini gedung dirancang oleh perusahaan arsitektur terkenal di Marzio Kato Architecture dari Los Angeles, AS ini dimiliki oleh Sinarmas MSIG Life dan PT Smart Tbk.
Sedikit menyeberang, tampak satu bangunan yang cukup unik di antara bangunan-bangunan di sepanjang Jalan Sudirman. Da Vinci Tower, gedung setinggi 177 meter dengan 34 lantai yang didesain dengan suasana Eropa abad pertengahan. Pemilik dari gedung ini adalah Tony Phua dan Dr. Doris Phua Ph.d yang juga pemilik dari bisnis furnitur mewah Da Vinci. Awalnya bisnis ini dimulai pada tahun 1978, mereka menjual perlengkapan memasak Fissler asal Jerman. Doris yang berasal dari Indonesia ini, setelah mendapat gelar Ph.D dari Universitas Honolulu, bersama bersama suaminya Tony Phua, seorang pengembang ternama di Singapura, mulai berbisnis furnitur premium dengan mendirikan Da Vinci di Singapura pada tahun 1994. Konsep Da Vinci adalah menyatukan berbagai merek furnitur mewah dunia dalam satu gerai.







Pada tahun 2003, mereka meresmikan Da Vinci Tower di Jakarta Pusat. Oya, nama Da Vinci sendiri mereka ambil dari nama maestro pelukis Italia, Leonardo Da Vinci. Bahkan lukisan masterpiece-nya, yaitu Mona Lisa, dipajang di depan pintu utama Da Vinci Tower. Dari 34 lantai yang ada, 12 lantai didesain sebagai galeri one stop shopping produk-produk Da Vinci Collection dan Da Vinci Presentation, sedangkan 22 lantai sisanya dijadikan 38 unit penthouse supermewah yang dilengkapi furnitur mewah. Da Vinci Penthouse ini menggunakan material yang diimpor dari Spanyol, Italia dan Amerika Serikat, serta memiliki lift pribadi. Ada dua tipe unit yang dipasarkan yakni tipe East-North dan East-South. Untuk Eeast-North ukurannya sedikit lebih kecil dibandingkan East-South. Da Vinci Penthouse juga merupakan satu-satunya bangunan di Jakarta yang menggunakan kaca tiga lapis untuk jendela untuk memaksimalkan ruangan kedap suara. Harga per unitnya ditaksir bisa mencapai 30 miliar rupiah.
Gedung Tinggi Peninggalan Turun-Temurun
Kita memasuki satu kawasan yang namanya pasti tidak asing lagi di telinga kita, yaitu Sahid City. Lokasi ini dimiliki oleh Sahid Group, perusahaan konglomerasi yang bergerak di bidang perhotelan di Indonesia, yang didirikan oleh Sukamdani Sahid Gitosardjono pada tahun 1953. Kita akan lihat satu per satu dari tiga bangunan yang mendominasi kawasan ini. Pertama adalah Hotel Grand Sahid Jaya, yang dirancang oleh arsitek PRW Architects. Bangunan hotel ini mulai dibangun oleh Waskita Karya pada 8 Juli 1970 dan selesai pada awal 1974. Dulunya kawasan ini merupakan rumah tinggal, bahkan ada dua toko batik yang kemudian digusur untuk pembangunan hotel ini. Rencana penggusuran ini juga sempat disampaikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada saat peletakan batu pertama pada 8 Juli 1970. Gubernur Ali memperingatkan masyarakat di sekitar Jalan Jenderal Sudirman untuk bersiap pindah ke lokasi lain, karena lahan mereka masuk dalam rancangan Pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan untuk gedung minimal berlantai 4.







Pada 23 Maret 1974, Presiden Soeharto meresmikan hotel berlantai 17 ini. Saat itu baru ada 284 kamar saja. Keseluruhan 514 kamar hotel baru bisa digunakan pada tahun 1976. Hotel Sahid Jaya juga dipercaya menjadi salah satu hotel yang menampung delegasi PATA di tahun 1974. Hotel ini juga menjadi kantor dari beberapa instansi niaga dan juga beberapa maskapai penerbangan, salah satunya adalah maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot. Ada cerita menarik tentang Aeroflot ini. Pada 13 Februari 1982, kantor Aeroflot di Hotel Sahid Jaya tiba-tiba disegel dan papan kantornya langsung diturunkan pihak hotel. Belakangan diketahui penutupan kantor Aeroflot dilatari oleh terbongkarnya lingkaran spionase di Indonesia yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Kedubes Uni Soviet, pegawai Aeroflot dan informan-informan lokal pada awal Februari 1982. Aeroflot lalu kembali berkantor di Hotel Sahid Jaya pada Juli 1990. Namun tidak diketahui kapan Aeroflot menutup kantornya di Hotel Sahid Jaya, karena kini penjualan tiket maskapai berlogo palu arit bersayap ini diserahkan ke Bayu Buana Express yang berkantor di Mayapada Tower.
Selain Hotel Grand Sahid Jaya, di Sahid City juga terdapat gedung tertinggi kelima di Jakarta, yaitu Sahid Sudirman Center. Gedung setinggi 258 meter ini merupakan gedung multifungsi yang utamanya digunakan sebagai gedung perkantoran. Gedung 52 lantai diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 14 Maret 2015, sekaligus memperingati ulang tahun sejumlah divisi pendidikan dan bisnis serta hari ulang tahun ke-87 pendirinya, Sukamdani Sahid Gitosardjono. Gedung ini juga memiliki 5 lantai basement dan kapasitas parkir gedung yang terintegrasi dengan Apartemen Istana Sahid dan basement Sahid Sudirman Residence, di kompleks Sahid City.




Gedung lainnya yang juga ada di kawasan ini adalah Sahid Sahirman Memorial Hospital, yang kini berubah menjadi Rumah Sakit Murni Teguh Sudirman Jakarta pada 12 Juli 2019, setrelah sebelumnya pada Juli 2018, Murni Teguh Hospital Group mengakuisisi PT Sahid Sahirman Memorial Hospital. Oya, nama Sahid Sahirman sendiri diambil dari nama R. Sahid Djogosentono, ayah dari Sukamdani Sahid Gitosardjono pemilik Sahid Group, dan Sahirman Sastrowardoyo, ayah dari Juliah Sukamdani. Rumah Sakit ini memang dibangun untuk menghormati dan mengenang kedua nama ayah dari pendiri Sahid Group.



Tepat di seberang Grand Sahid Jaya, ada satu gedung tinggi yang desainnya cukup menarik yaitu International Financial Centre atau IFC. Meski bukan masuk dalam jajaran 10 besar gedung tertinggi, tapi gedung ini bisa dibilang mudah ditemukan. Ternyata ada dua tower di sini, Tower 1 dibangun pada tahun 1985 dan Tower 2 dibangun pada tahun 2015. Tentu yang paling mencolok adalah Tower 2 yang memiliki ketinggian 213 meter. Bangunan ini dirancang oleh perusahaan arsitektur dan desainer NBBJ dari Amerika. Tower 2 juga 2 ini menjadi proyek pertama di Indonesia yang dianugerahi Green Mark Platinum Award oleh Building and Construction Authority of Singapore (BCA), karena menggunakan teknologi terbaru yang ramah lingkungan, seperti daur ulang air hujan untuk irigasi dan inovasi untuk mengurangi emisi panas.
Tiga Gedung, Satu Pemilik
Menyeberang ke arah timur, ada tiga gedung tinggi yang memiliki logo perusahaan yang sama di masing-masing bangunan. Pemilik tiga gedung ini adalah Mayapada Group, sebuah perusahaan konglomerasi berbasis di Indonesia yang didirikan oleh Dato Sri Tahir pada tahun 1986. Tahir memulai dengan berbisnis pakaian dan manufaktur tekstil. Empat tahun kemudian dia mendirikan Bank Mayapada. Nama Mayapada berasal dari kata Sansekerta yang artinya adalah “semesta”. Tahir juga menjadi mitra lokal Duty Free Shopper (DFS) Indonesia, anak perusahaan multinasional LVMH (Loius Vutton Moet Hennesy) yang bergerak di bidang penyediaan konsumen barang mewah pada akhir era 1980an.




Kembali ke tiga gedung yang berdiri bersebelahan di Jalan Sudirman. Pertama adalah Mayapada Tower atau dulunya Wisma Bank Dharmala. Gedung ini dikembangkan oleh PT Putra Surya Perkasa yang kini sudah pailit dan dirancang oleh T & T International asal Jepang dan dibangun oleh Decorient Indonesia dari Maret 1990 hingga September 1991. Awalnya gedung ini merupakan kantor pusat Bank Dharmala, milik Grup Dharmala yang berkantor di Intiland Tower. Bangunan dengan desain pascamodernisme ini kemudian berubah nama menjadi Mayapada Tower pada tahun 2005. Mayapada Group kemudian merenovasi total isi bangunan baik dari interior dan eksterior bangunan, khususnya fasad cladding menjadi biru.
Di sebelahnya, berdiri Menara Bank Bali yang kini menjadi Mayapada Tower 2. Menara Bank Baliini merupakan kantor pusat dari Bank Bali yang menggantikan gedung lamanya di Jalan Hayam Wuruk No. 85, Jakarta Barat. Menara Bank Bali dirancang dan dibangun oleh Shimizu Indonesia. Pembangunan berlangsung dari November 1990 dan selesai pada akhir tahun 1992. Namun kantor pusat Bank Bali baru berpindah secara resmi pada 9 September 1993. Bank Bali sendiri berkantor pusat di gedung ini hingga tahun 2002, bersama dengan Bank Universal, Bank Artamedia, Bank Patriot dan Bank Prima Ekspress yang kemudian melebur menjadi Permata Bank. Peleburan ini kemudian mengubah nama gedung ini menjadi Gedung Permata Bank, karena menjadi kantor pusatnya. Hingga kemudian menjadi Permata Bank Tower sampai tahun 2011 dan diakuisisi oleh Mayapada Group pada tahun yang sama. Permata Bank kemudian pindah ke World Trade Centre II pada tahun 2013 dan akhirnya namanya berubah menjadi Mayapada Tower 2.
Lanjut di sebelahnya ada Menara Sona Topas atau Sona Topas Tower. Nama lamanya adalah BCD Tower atau Menara BCD, sesuai nama perusahaan yang kantor pusatnya menempati gedung ini, Bank Central Dagang. Gedung ini dirancang oleh tim arsitek dari Nikken Sekkei dan Arkonin dengan gaya modern dan dibangun oleh Jaya Obayashi. Mulai dibangun pada tahun 1991 dan selesai dibangun pada Agustus 1993. Bank Central Dagang sendiri kemudian gulung tikar akibat krisis moneter pada tahun 1998. Gedung ini kemudian dibeli oleh Mayapada Group pada awal tahun 2000an. Menara Sona Topas ini menjadi kantor pusat dari Maybank Syariah Indonesia, serta pernah menjadi kantor pusat Bank Capital yang berpindah dari Menara Mulia pada tahun 2004 dan pindah lagi ke Menara Jamsostek pada tahun 2018, serta menjadi kantor Kedutaan Besar Fiji.
Oya, urutan gedung yang dimiliki oleh Mayapada Group ini terbalik. Pertama yang akan kita lihat dari arah Jalan Thamrin adalah Menara Sona Topas, Mayapada Tower 2 dan Mayapada Tower. Gedung-gedung ini menjadi pemberhentian kita sementara, sebelum kita melanjutkan ke bagian terakhir. Tunggu cerita berikutnya ya!
Lucu juga bercerita tentang gedung-gedung tinggi di Sudirman. Cukup sering melewati gedung-gedung ini dan senang banget bisa baca kisah dibaliknya…
LikeLike
Wah terima kasih sudah membaca cerita ini ya. 🙂
LikeLiked by 1 person