TANGERANG: Tebing Koja & Telaga Biru Cisoka

Setelah beberapa minggu tak bepergian karena adanya pembatasan mobilitas, pada akhir pekan lalu saya memutuskan untuk menjelajahi daerah Tangerang, atau lebih tepatnya di Kabupaten Tangerang. Sebelumnya saya mencari tahu tentang tujuan wisata “unik” atau yang masuk kategori “hidden gems” dari Tangerang. Lalu muncullah dua lokasi, yaitu Tebing Koja dan Telaga Biru Cisoka. Lokasinya juga tak begitu jauh, sekitar 59 km atau 90 menit perjalanan dari tempat saya tinggal. Berhubung ada yang menemani untuk naik motor, saya pun langsung membuat rencana untuk pergi ke dua lokasi ini.

Sabtu pagi, saya berangkat sekitar jam 6.30 pagi. Bisa dibilang sudah terlalu siang dan itu pun buru-buru mandi dan hanya sempat sarapan 1 lembar roti gandum. Saya naik motor melalui rute Kalideres-Tangerang, lalu lanjut rute Tangerang-Maja. Sebenarnya kita bisa ke sana dengan menggunakan KRL jurusan Maja atau Rangkasbitung, tapi setelah membaca beberapa ulasan ternyata cukup ribet. Alasannya karena harus naik ojek pangkalan dan jika pun masih niat, ya naik angkutan umum.

Beruntung cuacanya sangat cerah dan arus lalu lintas menuju ke Maja cenderung lancar. Bahkan ini untuk pertama kalinya saya melintasi daerah Cikupa, yang merupakan kawasan industri. Berbekal peta dari Google Maps, akhirnya sampailah di Desa Cikuya, tempatnya di mana Tebing Koja berada. Kalau secara administratif lokasinya berada di Cireundeu, Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Akses jalannya pun sudah dibeton hingga ke dalam. Bahkan katanya akan disambung hingga masuk ke Kabupaten Serang (lokasi tebing ini berada di paling ujung Kabupaten Tangerang, dan dekat dengan Serang dan Lebak). Ketika masuk ke dalam jalan desa, tempat pertama kali yang akan kita lalui adalah Taman Tebing Koja atau Tebing Koja 2. Sedangkan Tebing Koja Kandang Godzilla atau Tebing Koja 1 berada di paling ujung. Mungkin untuk yang pertama kali ke sini akan bingung, apakah keduanya sama atau tidak.

Jadi, keduanya berbeda karena dikelola oleh dua kudu yang berbeda. Meski demikian, lokasinya berada di satu tempat namun dibatasi oleh pagar (dulunya, untuk masuk ke wilayah yang berbeda, pengunjung akan dikenakan biaya lagi, mungkin karena itulah akhirnya dibangun pagar). Biaya dan pintu masuknya juga berbeda ya. Pernah ada wacana untuk disatukan, namun tidak terealisasi karena perbedaan pendapat. Lalu, mana yang paling bagus? Hmm, keduanya sama-sama bagus tapi jika ingin melihat tebing yang mirip dengan godzilla, ya ke Tebing Koja 1. Ingat, lokasinya yang paling ujung ya.

Tebing Koja ini dulunya adalah lahan kapur. Akibat penambangan, membuat tanah tergerus hingga sedalam 5 hingga 10 meter. Cara menambangnya pun dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul dan linggis. Cara ini pula yang membuat tebing-tebing batu di sini bentuknya tak beraturan. Penambangan ini berakhir sekitar tahun 2017 dan karena banyak warga lokal yang mengunggah di media sosial, tempat ini pun menjadi viral dan makin banyak dikunjungi orang. Nah, lalu kenapa disebut kandang godzilla? Karena di sini ada tebing kapur yang bentuknya mirip dengan monster kadal raksasa atau godzilla. Posisinya tepat di area pintu masuk dan menjadi spot pertama untuk berfoto.

Ketika saya datang, matahari sudah cukup terik padahal masih jam 8 pagi. Memang banyak yang menyarankan untuk datang ketika subuh atau saat sore hari. Katanya pemandangannya lebih bagus karena ada sunrise dan sunset. Selain itu foto yang dihasilkan akan lebih bagus. Oya, tempat wisata ini sudah buka dari jam 5 pagi hingga 6 sore. Saat datang, belum banyak pengunjung. Hanya sebagian kecil yang datang dari subuh. Jadi untuk berfoto-foto belum terlalu bocor karena banyak orang.

Di sini juga terdapat banyak warung-warung untuk sekadar bersantai sambil minum kopi atau kelapa muda. Khusus untuk Tebing Koja 1, sudah disediakan toilet umum di bagian bawah dekat sungai. Jadi tidak usah kuatir jika merasa lapar atau ingin buang air kecil.

Keseruan lain yang bisa dilakukan di sini adalah naik perahu atau sampan ke bagian kolam yang dekat dengan tebing yang mirip godzilla. Biaya sewanya sebesar Rp10.000 per orang. Bahkan yang menurut saya unik, di sini banyak warga yang menawarkan jasa sebagai pemandu dan mereka bisa menjadi fotografer dadakan. Hasilnya juga tidak mengecewakan, itu yang saya baca di ulasan-ulasan ya. Seorang warga sebenarnya sudah mendekati kami dan menunjukkan foto-foto hasil bidikannya. Namun karena saya berdua dan bisa bergantian foto, jadi tidak ada niat menggunakan jasanya. Jadi saya tidak tahu berapa tarifnya, tapi yang pasti mereka bisa mengarahkan kita dan juga tahu di mana saja spot yang paling bagus untuk berfoto.

Setelah berkeliling, akhirnya kami duduk di salah satu warung yang posisinya dekat dengan tebing. Saya kemudian memesan kelapa muda dan kelapa ijo. Menurut saya, posisi warung ini cukup strategis dibandingkan warung-warung lainnya di sini. Kata pemilik warung, jumlah pengunjungnya memang tak seramai biasanya karena adanya pembatasan mobilitas, dan biasanya hari Sabtu tidak seramai pada hari Minggu.

Tebing Koja 1 hanya memiliki beberapa tebing saja, sisanya tanah lapang. Selain tebing yang mirip godzilla, ada satu lokasi yang tebingnya sengaja dibentuk tangga. Jika kita berfoto di sini, mungkin tak banyak yang mengira kita berada di Tangerang. Malah bisa jadi dipikirnya sedang di kawasan Uluwatu, Bali. Oya, jangan datang saat musim penghujan karena tanahnya masih banyak berlumpur. Saya saja yang datang saat cuaca cerah masih menemukan beberapa area yang jika salah injak, bisa masuk ke dalam lumpur. Setelah beberapa saat istirahat, saya kemudian melanjutkan ke Taman Tebing Koja.

Lokasinya agak lebih depan. Pintu masuknya ada dua, tinggal pilih saja. Tapi yang paling mudah adalah melalui pintu kedua yang dekat tanah lapang. Pintu pertama adalah yang pertama kali dilihat dari jalan (parkirnya di depan rumah warga). Lalu apa bedanya dengan Tebing Koja 1? Bedanya, di sini lebih banyak tebing dan banyak spot foto dengan latar belakang tebing. Dulunya pernah dibuat jembatan, namun kemudian rusak karena tidak dikelola dan tidak banyak pengunjung sejak pandemi. Malahan di Tebing Koja 2 banyak dibuat spot foto buatan manusia, jadi tidak begitu alami. Meski begitu, saat saya ke sana kemarin sih tidak saya tidak melihatnya. Hanya beberapa di dekat pintu masuknya saja.

Di sini ada satu lokasi yang disebut karang bolong atau tebing bolong. Ya, bentuknya seperti ceruk dan masuknya melalui celah kecil. Saya bisa membayangkan, jika dulunya pasti ramai sekali. Mau berfoto saja harus mengantri. Beruntung kemarin tak banyak orang, jadi cukup puas berfoto di beberapa spot tebing. Kalau di Tebing Koja 1 ada sampan, kalo di sini ada rakit yang bisa disewa. Harganya juga sama, Rp10.000 per orang. Di sini juga terdapat beberapa warung, namun saya tidak melihat ada toilet umum. Sepertinya harus menumpang ke rumah warga. Kita juga bisa menyewa pemandu yang bisa juga fotografer dadakan.

Saya tak lama-lama di Tebing Koja 2. Perjalanan berikutnya adalah menuju ke Telaga Biru Cisoka. Lokasinya tak jauh dari Tebing Koja atau sekitar 20 menitan, jadi bisa mampir sekalian. Telaga ini berada di Cigaru, Desa Cisoka, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Aksesnya sudah cukup mudah untuk dilalui kendaraan. Untuk memasuki area wisata, kita perlu membayar tiket masuk per kendaraan saja.

Lalu apa istimewanya telaga atau danau ini? Sebenarnya tempat wisata ini bukan tempat wisata alam, seperti Tebing Koja. Bahkan ceritanya kurang lebih sama. Telaga Biru Cisoka sebenarnya adalah area bekas galian pasir dari tahun 1999 hingga 2005. Lokasi ini kemudian ditinggalkan dan menjadi tidak terurus. Lama-lama akibat guyuran hujan membuat tempat ini tergenang oleh air dan genangannya semakin dalam mengisi kubangan besar, hingga akhirnya menjadi sebuah danau. Area ini kemudian dijadikan tempat wisata oleh warga pada tahun 2015.

Di lokasi ini terdapat tiga bekas galian yang menjadi danau dan masing-masing memiliki kedalaman berbeda. Nah, istimewanya adalah warna airnya. Dulunya airnya keruh, namun karena partikel yang membuat air menjadi keruh mulai tenggelam, airnya menjadi bersih dan berwarna biru. Tapi air di sini tak selalu berwarna biru, bisa berubah-ubah menjadi kekuningan hingga tak berwarna atau jernih. Faktor yang mempengaruhi perubahan warna ini adalah tingkat keasamannya dan juga alga atau tanaman air yang ikut mempengaruhi warna air di telaga ini. Jadi sangat tidak disarankan untuk berenang di Telaga Biru Cisoka. Tapi kita masih bisa mengelilinginya dengan menyewa perahu atau berfoto di beberapa titik.

Ketika kemarin saya ke sini, kondisinya sepi dan beberapa warung tampak tutup. Ada beberapa wahana yang sudah tak beroperasi, termasuk rakit yang di atasnya terdapat beberapa spot foto, kondisinya juga sudah memprihatinkan. Saya hanya mengunjungi telaga yang pertama dan kedua, warnanya pun tak lagi biru. Sebenarnya ingin melihat ke telaga yang ketiga, namun aksesnya sulit dilalui.

Padahal tempat ini sebelumnya sangat ramai, ada banyak wahana seperti perahu bebek dan flying fox. Mungkin karena pandemi dan juga pengelolaan yang kurang baik, membuat telaga ini seperti kota mati. Meski demikian, setelah saya ada beberapa pengunjung yang datang ke sini. Tak jauh dari telaga ini, ada dua telaga yang sempat saya lalui. Memang tak ramai, tapi cukuo besar. Harusnya telaga-telaga ini memiliki potensi wisata yang besar, jika dikelola dengan benar. Ya semoga saja bisa semakin baik dan ramai seperti seperti semua.

Secara garis besar, baik Tebing Koja dan Telaga Biru Cisoka ini menarik. Apalagi buat yang tinggalnya tak jauh dari Jakarta. Dua tempat ini semacam eskapisme dari hiruk-pikuk kota. Tapi mesti diingat, cuaca sangat mempengaruhi kunjungan kita. Saat cerah, rasanya akan sangat panas. Jadi pakailah baju yang ringan. Sedangkan saat hujan, dipastikan banyak genangan dan lumpur. Hari-hati karena bisa terpeleset. Selain itu lokasinya terbilang tak jauh dari mana-mana, di jalan utama bisa kita temui minimarket dan ATM. Tapi lebih baik bawa uang dengan pecahan kecil, supaya mudah untuk membayar tiket masuk, parkir, dan fasilitas di masing-masing tempat.

Mengenai biaya yang saya keluarkan pun terbilang sangat terjangkau. Berikut pengeluaran saya selama mengunjungi kedua tempat ini:

  • Tiket masuk Tebing Koja 1: Rp5.000
  • Tiket parkir motor Tebing Koja 1: Rp10.000
  • Kelapa ijo/kelama muda: Rp15.000
  • Tiket masuk Tebing Koja 2: Rp15.000 (termasuk parkir motor)
  • Tiket masuk Telaga Biru Cisoka: Rp7.000
  • Parkir motor Telaga Biru Cisoka: Rp5.000
  • Total: Rp42.000

Nah, jika ada yang ingin ke sini dengan menggunakan kendaraan umum, saya coba berikan beberapa alternatif ya. Ini saya dapatkan dari beberapa ulasan yang pernah diunggah oleh beberapa blogger:

  • Naik Commuter Line/KRL jurusan Tanah Abang-Tigaraksa. Nanti setibanya di stasiun, bisa langsung mencari ojek pangkalan, malah biasanya mereka akan menawari kita. Tarifnya antara Rp20.000-Rp30.000 dan kalian bisa menawarnya (sekalian tawar untuk rute pergi-pulang). Ojek online agak susah karena mereka baru ada sekitar radius 2 km dari stasiun. Oya, untuk kembalinya kalian bisa pakai jasa ojek dari Tebing Koja/Telaga Biru.
  • Atau bisa naik Commuter Line/KRL jurusan Tanah Abang-Maja. Nanti setibanya di stasiun, bisa langsung mencari ojek pangkalan dengan tarif yang sama (katanya lebih murah dari Tigaraksa), tapi jika langsung ke Tebing Koja akan memakan waktu lebih lama karena harus berputar. Pilihannya adalah menyeberang dengan rakit dari sungai di belakang tebing, dengan membayar Rp5.000 per orang.
  • Naik angkutan umum atau angkot. Tapi harus berjalan kaki sekitar 500 meter ke pangkalan angkot. Biayanya sekitar Rp5.000 sekai jalan. Angkot sepertinya tidak masuk sampai ke dalam dan jaraknya lumayan jauh kalau harus jalan kaki (apalagi kalo ke Telaga Biru Cisoka, karena lebih jauh jaraknya dari jalan utama).

Memang pilihan yang mudah adalah bawa kendaraan sendiri. Tapi jika kalian berjiwa petualang, beberapa rute ini bisa dijadikan pilihan. Buat kalian yang ingin mencari tempat wisata unik dan tak jauh dari Jakarta, kedua tempat ini bisa menjadi pilihan. Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu lagi di perjalanan berikutnya ya!

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s