

Hari ini jadi hari terakhir kami di Singapura. Semalam, sepulang dari Lau Pa Sat kami langsung mengemasi barang-barang kami supaya hari ini bisa early check-out. Sebelum check-out, kami mau mencari sarapan dulu di kawasan Chinatown. Kebetulan hari ini adalah hari sabtu dan di kawasan Smith Street ada acara yang diselenggarakan oleh My Community, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada pelestarian budaya dan warisan komunitas-komunitas di Singapura. Mereka ini membuat acara semacam walking tour self-guided trails dengan tiga rute di sekitar Chinatown. Sayangnya kami baru tahu di hari itu dan sepertinya waktu kami tidak akan cukup.








Kopi dan Keseharian Masyarakat Singapura
Jadi kami menuju ke sebuah kedai di ujung Smith Street dan South Bridge Road, namanya Nanyang Old Coffee. Kedai kopi ini didirikan sejak 1973 oleh paman dari Lim Eng Lam, pemiliknya sekarang. Ia mengambil alih bisnis pamannya ini di 2010, saat sang paman didiagnosa menderita kanker dan berencana untuk mengakhiri usahanya. Dalam kurun waktu 10 tahun setelah diambil alih, Eng Lam berhasil mengembangkan merek kopi Nanyang ini.



Di Nanyang Old Coffee ini mereka menggunakan metode pembuatan kopi tradisional. Biji kopi Nanyang disangrai dengan gula, digiling lalu disaring melalui alat yang menyerupai kaus kaki. Biasanya kopi akan disajikan dalam cangkir porselen. Nanyang Old Coffee pernah memenangkan kompetisi kopi tradisional Singapura dan dinominasikan sebagai Duta Besar Kopi Nanyang Singapura pada 2013. Selain menyajikan kopi, Nanyang Old Coffee juga menyediakan menu seperti telur setengah matang, dan kaya butter toast, serta kue-kue buatan sendiri. Atau kalau ingin kenyang, bisa memesan Nyonya nasi lemak, bak kut teh, kueh khas seperti pia (Chinese pastry), dan juga chee cheong fun. Karena tidak mau terlalu kenyang, saya dan teman saya memesan ice kopi O, kaya butter toast, dan Nyonya nasi lemak. Untuk rasanya saya bilang sih cukup lumayan ya. Setidaknya untuk mengisi perut di pagi hari.


Oya, di sini kita juga bisa belajar tentang sejarah dan budaya kopi di Singapura. Apalagi Eng Lam adalah penggemar koleksi peralatan pembuat kopi antik, jadi gerainya dibuat seperti museum mini. Untuk melihat koleksi ini, tiket masuknya gratis. Di salah satu sudut kedai kopi ini dipamerkan alat pembuat kopi tradisional kuno dan gelas keramik, serta langkah-langkah menyiapkan secangkir kopi. Saya tidak sempat melihat ke dalam, karena buru-buru hendak kembali ke hotel dan menuju ke Singapore Botanic Garden.
Sekembalinya di hotel, kami kemudian mengambil barang-barang yang ada di kamar dan melakukan early check-out. Uang deposit sebesar SGD100 pun dikembalikan, lumayan untuk jajan dan beli oleh-oleh nanti. Kami lalu bertanya apakah bisa menitipkan barang? Ternyata diperbolehkan oleh petugas hotelnya, kami kemudian diberikan semacam kartu untuk nanti kami tunjukan saat mengambil barang yang kami titipkan. Untuk menitipkan barang ini tidak ada biaya ya. Sewaktu menaruh barang kami, ternyata banyak juga penghuni hotel yang menitipkan barangnya di sini. Jadi bisa pergi jalan-jalan tanpa harus membawa koper dan tas.
Berkeliling ke Kebun Raya di Singapura
Kami lalu ke stasiun MRT Chinatown untuk menuju ke stasiun MRT Botanic Gardens. Saat keluar dari stasiun, kami langsung menemukan pintu masuk Singapore Botanic Gardens. Pintu masuk ini adalah Bukit Timah Gate yang dekat dengan stasiun MRT Botanic Gardens. Sebenarnya ada banyak pintu masuk, tapi yang paling dikenal adalah pintu masuk kami tadi (karena dekat dengan stasiun MRT) dan Tanglin Gate yang merupakan pintu masuk utama. Untuk masuk ke kawasan Singapore Botanic Gardens atau SBG ini tidak dipungut biaya apapun. Tapi untuk masuk ke dalam beberapa taman, kalian harus membayar tiket masuk.




Kebun raya ini kurang lebih mirip dengan yang kita miliki di Bogor. Ada beberapa taman dengan tema-tema tertentu juga. Kebun ini sangat luas sekali, sekitar 82 hektar. Tidak perlu khawatir tersesat di dalam kebun ini, karena di setiap titik ada peta dan papan petunjuk. Di pintu masuk juga disediakan visitor map yang bisa diambil gratis di dalam sebuah kotak. Biasanya brosur map ini jadi sampah ketika pengunjung sudah selesai berkeliling, tapi di sini pengunjung yang mengambil peta diminta untuk mengembalikannya ke kotak yang sama saat pulang supaya bisa dipakai oleh pengunjung lainnya.


Botanic Gardens didirikan di lokasinya yang sekarang pada 1859 oleh Singapore Agri-horticultural Society. Dulu sebelum ada kebun ini, ada kebun pertama yang dinamakan Botanical and Experimental Garden yang didirikan pada 1822 di Government Hill yang sekarang bernama Fort Canning Hill, oleh Sir Stamford Raffles. Awalnya dibangun untuk mengevaluasi tanaman budidaya yang berpotensi penting secara ekonomi di Singapura. Taman ini kemudian ditutup pada 1829. Pemerintah kolonial kemudian memberikan tanah seluas 32 hektar di daerah Tanglin untuk Singapore Agri-horticultural Society pada 1859. Tanah ini merupakan tanah milik pedagang Hoo Ah Kay atau Whampoa yang diperoleh pemerintah kolonial dengan imbalan tanah di Boat Quay. Untuk mengembangkan kebun raya ini, Lawrence Niven dipekerjakan sebagai perancang lanskap untuk mengubah lahan yang sebelumnya perkebunan untuk menjadi taman publik. Ia mengembangkan taman dengan konsep English Garden dengan serangkaian jalur dan promenade yang saling berhubungan. Tata letak hasil desain Niven ini tetap dipertahankan dalam mengembangkan kebun yang sekarang. Baru pada 1866, kebun ini diperluas sekitar 12 hektar ke sebelah Barat Laut.




Di dalam kebun raya ini ada banyak atraksi dan taman dengan tema-tema tertentu. Rasanya jika mau berkeliling ke semua taman tampaknya tidak akan cukup dalam sehari. Atraksi utama di dalam kebun ini adalah National Orchid Garden, yang berada di sisi tengah bagian barat kebun raya. Luasnya mencapai 3 hektar dan memiliki koleksi lebih dari 1.000 spesies dan 2.000 anggrek hibrida. Taman ini menjadi taman anggrek terbesar di dunia dan merupakan hasil program penangkaran anggrek Botanic Gardens yang dimulai pada 1928. Selain taman ini, ada juga VIP Orchid Garden yang menampilkan anggrek hibrida dari tokoh-tokoh dunia, seperti mendiang Putri Diana dan Margaret Thatcher.
Lalu ada Burkill Hall, sebuah bungalo perkebunan kolonial yang dibangun pada 1886. Dulu merupakan bekas rumah direktur dan dinamai untuk menghormati satu-satunya pasangan ayah dan anak yang memegang jabatan direktur Singapore Botanic Gardens, Isaac dan Humphrey Burkill. Waktu saya ke sini, di lantai bawahnya sedang ada acara dan memang disewakan untuk umum. Sayang sekali saya tidak bisa masuk dan melihat ke dalam. Selain itu ada juga taman dengan tema tertentu, seperti Ginger Garden, Healing Garden, Fragrant Garden, Foliage Garden, dan Evolution Garden. Kebanyakan pengunjungnya adalah warga lokal dan biasanya mereka tak hanya berjalan-jalan atau sekadar piknik, ada juga yang berolahraga. Saya jadi tertarik untuk lari di kawasan kebun raya ini. Suatu saat mau ke sini lagi untuk lari pagi dan dilanjutkan dengan berkeliling taman. Oya, di sini juga ada beberapa tempat makan, seperti food court, cafe, dan resto. Jadi tidak perlu khawatir kalau lapar selama di dalam kawasan kebun raya.







Jangan lupa juga untuk ke Bandstand Gazebo yang menjadi ikon dari kebun raya ini. Bangunan dengan struktur segi delapan ini dibangun pada 1930an dan digunakan untuk menyelenggarakan pertunjukan band-band militer. Lalu ada juga Tanglin Gate yang merupakan pintu utama kebun raya ini. Gerbang ini adakah bagian tertua dari Botanic Gardens yang didirikan pada 1859. Namanya diambil dari nama daerah tempat kebun raya ini berada. Gerbang utama ini dulunya hanya berupa 4 pilar dan kemudian setelah proses redevelopment dari zona Tanglin Core pada 2005, ditambahkan dengan gerbang berayun yang terbuat dari alumunium cor yang menggambarkan sulur-sulur tanaman Bauhinia kockiana, yang ditanam tak jauh dari gerbang ini. Pintu baru ini menandai dibukanya Tanglin Core pada 6 September 2006. Selain taman, di dalam juga banyak bangunan bersejarah. Bahkan Singapore Botanic Gardens menjadi salah satu dari tiga taman, dan satu-satunya taman tropis, yang mendapat predikat sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang diraih pada 4 Juli 2015.
Mampir Makan Siang di Kantin Karyawan
Karena kami harus segera ke bandara, kami bergegas kembali di Chinatown untuk mengambil tas dan koper yang kami titipkan di hotel. Tapi sebelum menuju ke stasiun, kami menyempatkan untuk berkeliling sebentar di kawasan Chinatown. Salah satunya ke Tintin Shop yang berada di Pagoda Street. Di sini adalah surga untuk penggemar Tintin, karena kita bisa menemukan berbagai merchandise, mulai dari action figure, komik, t-shirt, mug, dan berbagai pernak-pernik lainnya. Dulu ketika saya ke sini, saya sempat membeli gantungan kunci. Untuk kali ini, kami hanya masuk untuk melihat-lihat saja. Puas berkeliling, kami mampir dulu ke 7-Eleven untuk membeli minuman isotonik 100Plus, salah satu minuman yang cukup populer di Malaysia dan Singapura.



Kemudian kami naik MRT menuju ke Singapore Changi Airport. Sesampainya di Changi, tempat pertama yang kami datangi adalah Jewel Changi Airport. Kebetulan teman saya belum pernah ke sini, jadi ya kita berkeliling sebentar di sini. Kalau mau tahu cerita lengkap ketika saya ke Jewel, bisa dibaca di sini. Setelah puas berkeliling, kami mencari oleh-oleh IRVINS di Jewel. Sayangnya sekarang lapaknya tidak secanggih dulu yang harus pakai layar sentuh. Sekarang langsung pesan ke kasirnya. Kami juga mencari Garrett Popcorn Shops, tapi tidak menemukannya. Bahkan sampai mengikuti petunjuk di Google Maps, diarahkan ke T2 dan ternyata sedang direnovasi. Akhirnya kami berdua tidak jadi membeli dan memutuskan untuk mencari kantin karyawan bandara yang katanya menjual makanan yang ramah di kantong.



Tujuan kami adalah kantin karyawan di T1, namanya Orchis Food Court. Lokasinya sudah pasti di T1 ya. Untuk ke sini ada dua cara, bisa naik lift, turun ke B1 (akan ada papan petunjuk āStaff Canteen at B1ā) atau bisa dengan cara keluar ke pintu yang menuju parkiran mobil. Saat keluar, belok kiri dan lurus saja. Nanti kalian akan menemukan papan petunjuk āStaff Canteenā. Di sini, kita bisa menemukan makanan lokal dengan harga terjangkau, kebanyakan di bawah SGD5. Beberapa makanan dihargai antara SGD5 hingga SGD10. Tapi harga ini dibedakan antara karyawan dan pengunjung umum ya, karena kalau karyawan harganya lebih murah dan harus menunjukan kartu identitas. Biasanya tempat makan ini akan sangat ramai pada saat makan siang dan makan malam, jadi jika mau lebih nyaman memilih makanan dan mendapatkan kursi ya hindari waktu-waktu tadi. Kantin karyawan ini mengingatkan saya dengan kantin-kantin yang ada di mall atau perkantoran di Sudirman.



Menu yang ditawarkan masing-masing kedai sangat beragam, mulai dari babi panggang, bakso ikan, nasi ayam, makanan Jepang, nasi campur, dessert dan berbagai minuman. Tenang saja kalau makanannya halal akan ada tandanya kok, karena karyawan di sini juga beragam. Saya sih pesannya Fried Rice with Porkshop & Eggs seharga SGD6.80 dan beli minuman susu kedelai dengan harga SGD1.20. Murah dan porsinya juga banyak. Wah, kayaknya kalau nanti transit via Singapura lebih baik makan dulu ke sini. Kalau jam bukanya, setahu saya dari jam 7 pagi sampai 10 malam. Selain di T1, kantin karyawan juga ada di T2.
Setelah beres makan, kami kemudian check-in dan masuk ke antrean imigrasi. Di sini kita hanya memindai bagian halaman yang ada foto kita. Mudah dan simpel, tanpa ada cap dari pihak imigrasi. Di area keberangkatan, tetiba kami menemukan Garrett Popcorn Shops. Karena penasaran dengan rasa popcorn gaya Chicago yang sudah ada sejak 1949 ini, akhirnya kami mampir untuk membeli. Saya membeli dua rasa, CheeseCorn dan CaramelCrisp. Meski mahal tapi cukup setimpal sama rasanya. Iseng waktu di rumah, saya campur jadi Garret Mix ternyata enak juga.




Penerbangan kami dengan maskapai Scoot masih agak lama, akhirnya kami berkeliling lagi untuk mencari jajanan. Sampai akhirnya menemukan Bengawan Solo Singapore. Awalnya kami pikir ini makanan khas Indonesia, tapi memang tidak jauh ya, karena memang menjual kueh khas Singapura yang kurang lebih mirip dengan yang ada di Indonesia.






Gate kami lalu dibuka dan kami masuk ke dalam ruangan boarding. Tak lama kemudian ada panggilan untuk boarding. Akhirnya berakhir sudah perjalanan 4 hari di Singapura. Perjalanan ini menjadi perjalanan kedua saya ke negara ini, dan menjadi perjalanan pertama dengan teman saya. Ternyata ada banyak hal-hal seru dan menantang saat jalan-jalan bersama orang lain ya. Haha. Terima kasih sudah mengikuti perjalanan saya. Nanti akan saya bagikan juga itinerary dan pengeluaran saya selama di Singapura. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya ya!